Kamis 11 Apr 2019 12:41 WIB

Kisah Keseriusan Generasi Sahabat Bertobat

Para sahabat sadar betul akan sanksi dari Allah jika berbuat kesalahan.

Tobat (ilustrasi).
Foto:

Upaya diplomasi pun akhirnya ditempuh. Bani Quraizhah mengutus delegasi menghadap ke Rasul dan meminta kepada pemimpin tertinggi umat Islam itu agar mengirimkan Abu Lubabah bin Mudzir. Abu Lubabah terpilih lantaran ia dianggap sebagai kongsi dekat mereka. Ia akhirnya berangkat atas perintah Rasul.

Sebelumnya, Rasulullah meminta pendapat mereka agar yang akan memberikan keputusan adalah Sa'ad bin Mu'adz. Begitu anak-anak dan istri-istri mereka melihat Abu Lubabah datang, mereka menangis meraung-raung, memohon belas kasihannya. Sudah tentu, Abu Lubabah sebagai manusia tidak bisa menyembunyikan rasa iba dan harunya kepada mereka.

"Kami sudah mengatakan bahwa penduduk Madinah pada umumnya berhati lembut dan berjiwa pemaaf. Kasih sayangnya kepada sesamanya sangat besar," kata mereka.

Tentu saja Abu Lubabah, sebagai manusia, terpengaruh dengan ucapan ini. Mereka bertanya, "Wahai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu, apakah kami akan tunduk kepada putusan Sa'ad bin Mu'adz?"

Abu Lubabah lalu mengisyaratkan kepada mereka dengan tangannya yang diletakkan ke lehernya bahwa mereka akan disembelih. Maka, ia menyuruh mereka agar tidak mau menerima.

Abu Lubabah menyadari kesalahannya. "Demi Allah, kedua kakiku belum beranjak dari tempatku, melainkan telah mengetahui bahwa aku telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya."

 

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement