Kamis 11 Apr 2019 06:46 WIB

Ketika Namrud Kesal dengan Jawaban Nabi Ibrahim

Jawaban Nabi Ibrahim membuat Namrud merasa dipermalukan,

Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: tangkapan layar Reuters/Jumana el-Heloueh
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Namrud bin Kan'an pun disebut-sebut sebagai tiran berdarah dingin dan tak segan menghukum siapa pun yang menolak tunduk terhadap perintahnya. Ia sosok yang ingin dipuja hingga ia memproklamasikan diri menjadi tuhan yang wajib disembah rakyatnya.

Suatu saat, Nabi Ibrahim AS tengah datang menghadiri jamuan makan yang digelar Namrud. Para tamu undangan memilih berbagai menu yang terjamu di meja makan. Namrud bercengkerama dan bertanya pada tiap tamunya tentang siapakah tuhan mereka. Hampir tiap hadirin yang ia tanya menjawab, Namrudlah tuhan mereka. 

Tiba giliran Ibrahim mendapat pertanyaan serupa. Terjadilah perdebatan singkat antara kedua tokoh tersebut. Betapa kagetnya Namrud mendapat jawaban yang tak biasa. “Tuhanku yang menghidupkan dan mematikan,” kata ayahanda Ismail itu menimpali pertanyaan Namrud.

Merasa dipermalukan, Namrud pun tidak mau kalah. Ia membantah argumentasi Ibrahim dan tetap bersikeras bahwa dirinya juga bisa menghidupkan makhluk atau mematikannya tanpa menyadari bahwa keistimewan itu hanya dimiliki oleh Allah Sang Khalik semata.  

Reaksi ingkar Namrud pun sudah dapat dibaca dengan baik oleh Ibrahim. Ia pun bergegas mengutarakan argumentasi berikutnya tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan semesta alam. Ibrahim menyatakan bahwa Tuhan yang ia sembah mampu mendatangkan matahari dari ufuk timur lalu menenggelamkannya di belahan bumi bagian barat. “Bisakah engkau wahai Namrud melakukan itu?” katanya mendebat Namrud. 

Kisah itu terekam jelas dalam surah al-Baqarah ayat 258, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,’ orang itu berkata, ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur maka terbitkanlah dia dari barat,’ lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Sang Diktator pun tak bisa berkutik dan kehabisan akal untuk kembali menyanggah pernyataan Ibrahim. Ia terdiam seribu bahasa. Merasa kalah, ia lantas memerintahkan untuk mengambil makanan yang telah diambil Ibrahim. Sosok bergelrar khalilullah itu pun diusir dan lantas kembali tanpa merasakan kelezatan hidangan sang aja.

Ibrahim pulang ke rumah dengan tangan hampa di tengah perjalanan ia pun mengambil sekantong pasir lembut dan berdoa agar Allah memberikan rezeki kepada keluarganya. Sesampainya di rumah, Ibrahim beristirahat, perbekalan yang ia bawa, termasuk pasir dalam kantongnya ia taruh di sampingnya begitu saja.

Sewaktu tidur itulah, istrinya membuka perbekalannya dan ia mendapati ragam menu makanan yang nikmat. Ketika Ibrahim bangun, istrinya bertanya dari manakah suaminya itu mendapat makanan lezat begitu banyaknya. Ibrahim sadar, Allah telah memberikan rezeki kepada segenap keluarganya. 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement