Senin 08 Apr 2019 18:38 WIB

Syekh Muhammad Matwali Asy-Sya'rawi, Dakwah Sepanjang Hayat

Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi merupakan gurunya Syekh Yusuf al-Qaradhawi

Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi
Foto: tangkapan layar google
Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal dasawarsa 1980-an hingga akhir hayatnya, Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi kian menjalani kesibukan sebagai dai publik. Penampilannya cukup dikenal antara lain melalui program live "Cahaya di Atas Cahaya" di sebuah stasiun televisi tiap Jumat malam.

Ceramah-ceramahnya digemari banyak orang. Fokus keilmuannya terutama adalah tafsir Alquran. Dengan gaya bahasa dialektis, Syaikh asy-Sya'rawi dengan piawai menyampaikan ceramahnya sehingga mudah dipahami. Khususnya tentang ayat-ayat Alquran yang kerap sukar dimengerti maknanya. Beberapa media menjulukinya "Dai Abad Ini." Satu keistimewaan Syaikh asy-Sya'rawi, yakni dialah orang non-Arab Saudi pertama yang memberikan khutbah Arafah di waktu ibadah haji.

Baca Juga

Selain cakap sebagai dai bi lisan, Syaikh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi juga produktif menulis. Karya-karyanya mengenai tafsir Alquran antara lain, Isra dan Mi'raj, Rahasia di Balik Asma ul-Husna, Islam dan Pemikiran Modern, Islam dan Perempuan, Shalat dan Rukun Islam, Jalan Ketakwaan, dan Keajaiban Alquran.

Selain itu, ada puluhan buku buah tangannya yang membahas seputar fiqih, etika kehidupan sosial, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Gaya kepenulisannya begitu sastrawi. Penuturannya lugas tetapi mendalam untuk membahas pelbagai persoalan aktual kaum Muslim. Salah seorang muridnya adalah tokoh ulama kontemporer, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi.

Khususnya setelah tidak lagi di jajaran pemerintahan, Syaikh asy-Sya'rawi juga sering mengisi kajian-kajian di masjid-masjid. Misalnya, tiap Jumat selama dua dasawarsa ia menjadi penceramah tetap di Masjid Arba'in, Mit Ghamr, ad-Daqahliyah, tempat kelahirannya sendiri.

Ceramahnya diikuti beragam kalangan, mulai dari pendengar biasa, orang-orang yang berafiliasi keilmuan dengannya, sampai lawan debatnya sendiri.

Sejak masa kecil, Syaikh asy-Sya'rawi  terbiasa menjalani hari-hari dengan sederhana. Baik di lingkungan pemerintahan maupun kampus-kampus terhormat, jarang sekali Syaikh asy-Sya'rawi mengenakan pakaian resmi. Dia memilih berbusana sederhana, dengan baju gamis dan peci putih, alih-alih jubah.

Selain itu, sikap rendah hati juga tercermin dari perilakunya. Misalnya, dia tidak segan-segan memberikan uangnya dalam jumlah besar untuk para murid atau penghafal Alquran yang sedang menempuh studi. Dia juga gemar mewakafkan royalti atas karya-karyanya untuk kepentingan publik umat Islam, khususnya di bidang pendidikan dan dakwah.

Sosok mujaddid ini wafat pada 17 Juni 1998. Lautan manusia mengiringi pemakamannya. Sebuah media menyebut, satu juta orang memenuhi jalan-jalan di Kota Kairo di hari wafatnya demi berbela sungkawa atas kepergiannya. Dia dimakamkan di Daqadus, Mesir, sekalipun pernah pemerintah Arab Saudi menawarkan kawasan Baqi' lantaran kiprah sang syaikh yang diakui luas. Almarhum meninggalkan lima orang anak, yakni tiga putra dan dua putri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement