Kamis 04 Apr 2019 14:53 WIB

Alasan DMI Ingin Raih ISO 9001

DMI meyakini, penerapan ISO manajemen akan berdampak langsung ke setiap masjid.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Hasanul Rizqa
Plt Sekjen PP Dewan Masjid Indonesai (DMI) Arief Rosyid memberikan sambutan pada acara soft-launching 1 Keluarahan 1 Remaja Masjid di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (17/3).
Foto: Republika/Prayogi
Plt Sekjen PP Dewan Masjid Indonesai (DMI) Arief Rosyid memberikan sambutan pada acara soft-launching 1 Keluarahan 1 Remaja Masjid di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Sekjen Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Arief Rosyid menyampaikan alasan pihaknya berupaya mendapatkan predikat International for Standardization (ISO) 9001:2015. Menurut dia, DMI berfokus pada penguatan masjid. Sebab, masjid merupakan wajah umat Islam, sehingga harus dikelola dengan manajemen yang baik.

"Kita sadar bahwa wajah umat islam itu adalah masjid. Sehingga, wajah umat Islam itu bisa dilihat dari bagaimana mengelola masjidnya masing-masing," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (4/4).

Baca Juga

DMI belajar dari masjid-masjid yang sudah ber-ISO sehingga secara organisasi ingin terlebih dulu mendapat ISO. Barulah kemudian diterapkan ke masjid-masjid dengan standarisasi manajemen yang disusun DMI. Masjid yang telah mendapat ISO 9001 di antaranya Masjid Al-Ikhlas Jatipadang (Jakarta) dan Masjid Agung Surabaya (Jawa Timur).

"Mereka sudah menerapkan itu. Jadi kita belajar dari mereka dan secara langsung juga akan kita tularkan ke masjid-masjid lain," ucap dia.

 

Arief pun mengutip hasil penelitian Profesor Scheherazade S Rehman dan Professor Hossein Askari dari The George Washington University bertajuk "How Islamic are Islamic Countries". Dalam penelitian ini Indonesia menempati posisi ke-140 dan pertama adalah Selandia Baru.

Arief menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia semestinya menduduki peringkat pertama. Ini patut menjadi perhatian sehingga DMI berupaya membuat Indonesia paling tidak berada di posisi puncak. Salah satu caranya dengan terlebih dulu mendapat ISO 9001.

"Makanya DMI perlu memberi contoh yang paling mendasar misalnya soal manajemen," ujar dia.

Tantangan zaman saat ini menurut Arief semakin besar dan dinamis sehingga perlu ada adaptasi terkait manajemen. Dia menilai, mustahil bisa beradaptasi dengan zaman bila manajemennya tidak dibenahi terlebih dulu. Dengan manajemen yang ter-ISO, kerja-kerja DMI pun itu akan lebih terukur.

"Visi DMI memakmurkan dan dimakmurkan masjid. Jadi 10 program kerja kita juga akan lebih terukur. Misalnya masjid bersifat sehat, perekonomian dari masjid, dan 8 prioritas yang lainnya juga akan lebih terukur," tutur dia.

 

Berdampak Langsung

Arief lebih lanjut meyakini, penerapan ISO manajemen akan berdampak langsung ke setiap masjid yang berada di bawah naungan DMI. Dampak positifnya tak hanya dirasakan jamaah masjid tapi juga lingkungan sekitar. Dengan ISO itu juga, pengurus-pengurus masjid akan memiliki rujukan dalam membuat laporan secara rutin sehingga masjid terkelola secara transparan dan akuntabel.

Namun Arief mengakui, ada persoalan sederhana yang dihadapi masjid-masjid yakni terkait kebersihan. Dia memandang, sebagian masjid di Indonesia punya masalah pada kebersihan. Padahal jika masjid dikelola dengan baik, persoalan sesederhana kebersihan ini bisa terselesaikan.

"Salah satu indikator dalam penelitian 'How Islamic are Islamic Countries' itu selain ketakwaan dan keilmuan, juga integritas. Contoh yang paling sederhana soal kebersihan masjid," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement