REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama Indonesia di New York, Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali, menyebut Islamofobia membantu mengingatkan umat bahwa perjuangan bukan sesuatu yang mudah. Karenanya, umat harus melakukan pembekalan yang lebih matang dalam menyebarkan agama Islam.
Islamofobia juga mengingatkan umat Islam jika dakwah memerlukan kesabaran dan ketabahan. Cara-cara yang lebih sesuai perlu ditemukan sehingga ketakutan atau kekhawatiran itu bisa diminimalisasi.
"Islamofobia juga menjadi pembuka mata bagi non-Muslim tentang Islam itu sendiri. Banyak yang mencari tentang Islam, bahkan untuk tujuan negatif, pada akhirnya menemukan wajah Islam yang sesungguhnya," lanjut dia. Selain itu, Islamofobia membangun solidaritas tinggi di kalangan masyarakat non-Muslim.
Hubungan antarpemeluk agama di negara yang minoritas Islam menjadi erat di tengah meningginya Islamofobia. Adanya fobia ini juga memantik kesadaran umat untuk terjun dalam dunia politik.
Imam Shamsi Ali pun menilai, Islamofobia membuat umat Islam tertantang untuk mengambil semua peluang untuk membela diri. Perjuangan yang sudah muncul cukup lama sejak terpilihnya George W Bush dan adanya perang Irak.
Riset Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) 2018 menunjukkan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS melecut semangat Muslim AS untuk berjuang mengisi pos po litik. Akhirnya, dua Muslimah duduk di Kongres AS.