Rabu 20 Mar 2019 23:20 WIB

Tokoh Agama Ingatkan Teror Christchurch Upaya Adu Domba

Masyarakat Indonesia diminta tak terprovokasi adu domba itu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Tokoh agama, kepercayaan dan masyarakat di Indonesia menyatakan sikap terhadap aksi teroris di Kota Christchurch, di Kantor Kemenag, Rabu (20/3).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Tokoh agama, kepercayaan dan masyarakat di Indonesia menyatakan sikap terhadap aksi teroris di Kota Christchurch, di Kantor Kemenag, Rabu (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tokoh agama dan masyarakat di Indonesia mengecam aksi teroris di Selandia Baru yang terjadi pada Jumat (15/3). Aksi teroris tersebut bertujuan menyebarkan kebencian untuk mengadu domba dan membelah persatuan masyarakat. 

"Disampaikan teror (di Selandia Baru) ini adalah ideologi teror dan kebencian yang diniatkan untuk membelah masyarakat dalam dua kubu, kami versus mereka," kata Perwakilan dari Komisi Waligereja Indonesia, Romo Agustinus Heri Wibowo saat menyampaikan pernyataan sikap para tokoh agama dan masyarakat di Kantor Kementerian Agama, Rabu (20/3).

Baca Juga

Romo Heri mengatakan, teror di Selandia Baru bertujuan membelah dunia ke dalam dua kubu besar, yakni ‘kami’ versus ‘mereka’. Setelah itu mereka menciptakan permusuhan yang permanen.  

Dia menegaskan, tokoh agama dan masyarakat di Indonesia berkumpul untuk menyerukan kepada semua umat manusia dari bangsa, ras, dan golongan manapun untuk tetap tenang menyikapi aksi teroris tersebut. Menyeru semua umat manusia untuk bersatu dan rukun dalam persaudaraan serta kemanusiaan.   

"Sehingga bumi ini menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk kita tinggali bersama, itu ajakan ke semua pihak untuk melawan terorisme yang bertujuan memecah masyarakat," ujarnya.   

Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Budi Santoso Tanuwibowo, mengatakan pihaknya satu kelompok yang menentang tindakan anti kemanusiaan. 

Matakin menegaskan, masyarakat tidak perlu takut menghadapi sesuatu yang menyimpang dari kebenaran.   

Dia juga mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik. Setiap individu manusia tidak dapat mewakili sebuah komunitas. Maka tindakan apapun yang dilakukan seseorang jangan diartikan sebagai tindakan kelompok.  

"Tindakan apapun yang dilakukan perorangan, jangan digeneralisasikan sebagai tindakan kelompok itu sendiri," ujarnya.  

Sebelumnya, pria Australia berusia 28 tahun, Brenton Tarrant didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap puluhan umat Islam Selandia Baru yang sedang melaksanakan ibadah shalat Jumat pada Jumat (15/3).

Sebanyak 50 umat Islam di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood wafat akibat serangan teroris brutal yang dilakukan Brenton. Sementara, puluhan umat Islam lainnya mengalami luka-luka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement