Rabu 20 Mar 2019 17:13 WIB

Program Santripreneur Jangkau 1.500 Santri Awal Tahun ini

Santripreneur bertujuan untuk semakin menumbuhkan wirausaha industri.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah santri Pesantren Riyadlul Jannah Paku Bumi berocok tanam di atas lahan di kawasan Suka Makmur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/11/2018).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Sejumlah santri Pesantren Riyadlul Jannah Paku Bumi berocok tanam di atas lahan di kawasan Suka Makmur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak digaungkan awal 2019 oleh pemerintah, Program Santripreneur telah membina sebanyak 1.500 santri dari target pembinaan sebanyak 4.720. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan bimbingan kewirausahaan meliputi beberapa sektor industri kecil dan menengah (IKM). 

Baca Juga

Adapun pelatihan yang diberikan antara lain industri daur ulang sampah, konveksi busana Muslim, makanan dan minuman olahan, kerajinan, perbengkelan, pupuk organik cair, dan pendampingan sertifikasi standar nasional Indonesia (SNI) garam beryodium. 

“Kegiatan tersebut dirancang karena memang sudah ada komunitas dan keahlian yang cukup di sejumlah pondok pesantren,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (19/3). 

Dia menjelaskan, Program Santripreneur bertujuan untuk semakin menumbuhkan wirausaha industri baru khususnya sektor industri IKM. 

Dia menyebutkan, sepanjang 2018, program ini telah menjangkau 16 pondok pesantren dan membina sebanyak 3.220 santri. 

Ke-16 pondok pesantren tersebut melpliputi tujuh pesantren di Jawa Barat, lima di Jawa Timur, tiga di Jawa Tengah, dan satu pesantren di Yogyakarta. 

Dia menambahkan, pemerintah akan memfasilitasi pembinaan melalui pemberian bantuan alat dan mesin untuk bekal para santri belajar kemandirian sebelum terjun ke masyarakat. 

Sebagai contoh, kata dia, bantuan mesin yang diberikan dapat berupa planetary mixer, spiral mixer, oven, rak bakery pan, mesin potong roti, lemari pendingin, meja stainless steel, deep fryer, timbangan digital, hingga tabung gas. 

“Alat-alat itu merupakan alat yang digunakan dalam memproduksi roti, kami berikan ke Pesantren Ilmu Alquran yang ada di Ciomas, Bogor,” katanya. 

Dia menuturkan, dari pelatihan dan pembinaan yang diberikan kepada santri di pesantren tersebut, para peserta nampak sudah dapat menguasai ilmu yang diberikan para instruktur. 

Menurutnya, kemampuan penguasaan ilmu industri dan wirausaha dapat diterapkan para santri sehingga diharapkan dapat menjadi awal kebangkitan wirausaha. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement