Selasa 19 Mar 2019 16:00 WIB

Ilmu Sebagai Kunci Menguasai Peradaban

Umat Islam harus menguasai semua bidang keilmuan

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Filsafat Islam (ilustrasi).
Foto:

Bagaimana metode pengajaran filsafat dalam pengajian tersebut?

Ngaji Filsafat dilaksanakan mungkin tidak jauh berbeda seperti kajian-kajian yang lain di masjid-masjid. Biasanya, saya menyampaikan materi selama kurang lebih dua jam di setiap sesinya, mulai jam de lapan sampai jam 10 malam setiap pertemuan.

Dulu, setelah saya berbicara, biasanya ada sesi dialog, namun mengingat waktu yang terlalu malam, akhirnya sekarang sesi dialog itu dilakukan secara 'privat'. Peserta yang ingin bertanya langsung menemui saya dan mengobrol atau berdiskusi setelah ngaji ditutup. Sementara, peserta lain yang tidak memiliki masalah atau pertanyaan dapat langsung pulang.

Filsafat sering dianggap berat, bagaimana penyajian materi pada pengajian ini?

Selama kurang lebih lima tahunan Ngaji Filsafat ini berjalan, belum ada keluhan serius dari yang hadir bahwa mereka 'disesatkan' atau dibuat 'tersesat' oleh filsafat atau Ngaji Filsafat ini. Beberapa malah mengapresiasi, merasa 'dicerahkan' pemikirannya oleh filsafat.

Bagi yang menganggap filsafat itu berat, sebenarnya wajar saja karena kemungkinan filsafat bukan bidang yang mereka geluti selama ini. Sama seperti saya kalau harus belajar fisika, kimia, atau matematika. Bagi saya, fisika atau matematika itu berat, dan itu wajar karena memang bukan bidang saya.

Adapun mereka yang menganggap filsafat sesat atau menyesatkan, biasanya karena melihat satu atau dua gagasan filsafat yang dipandangnya sesat atau menye satkan. Padahal, gagasan-gagasan dalam dunia filsafat itu sangat luas, ada yang sangat religius dan memperkuat keimanan, ada pula yang sangat ateistik dan anti- Tuhan.

Biasanya, yang tidak suka filsafat hanya melihat gagasan-gagasan yang dianggapnya sesat ini. Menurut saya, perlu dibedakan antara filsafat sebagai produk dengan filsafat sebagai alat. Sebagai produk, ragam pemikiran dalam filsafat sangat banyak, mulai dari yang sangat sufistik, sampai yang sangat materialistik. Sebagai alat, filsafat dalam arti kemampuan dan kemauan untuk berpikir benar adalah keniscayaan dan tuntutan utama dalam agama.

Saya suka menerjemahkan perintah Jibril kepada Nabi Muhammad yang per tama, yaitu iqra sebagai 'berpikirlah', meskipun secara harfiah kata itu artinya 'bacalah'. Jibril kan saat itu tidak sedang membawa naskah tertulis apa pun kepada Nabi Muhammad.

Alquran juga di banyak ayat sangat men dorong untuk 'berpikir'. Seperti Afala ta'qilun, Afala tatafakkarun, afala tatadab barun, dan lain sebagainya. Secara luas, semua itu saya pahami sebagai perintah untuk berfilsafat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement