Selasa 19 Mar 2019 16:00 WIB

Ilmu Sebagai Kunci Menguasai Peradaban

Umat Islam harus menguasai semua bidang keilmuan

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Filsafat Islam (ilustrasi).
Foto:

Ngaji Filsafat kini sudah berjalan kurang lebih lima tahun. Seperti apa perkembangannya sekarang? berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin dengan Dr Fakhruddin Faiz.

Bisa diceritakan bagaimana awal adanya Ngaji Fisalafat di Masjid Sudirman?

Ngaji Filsafat sebenarnya awalnya adalah gagasan dari teman-teman Takmir Masjid Jenderal Sudirman (MJS) pada 2013. Saat itu, mereka menginginkan adanya kajian-kajian alternatif di masjid dengan visi spiritual, intelektual, dan kebudayaan. Kebetulan, salah satu yang dihubungi adalah saya. Mungkin karena beberapa di antara para takmir itu adalah mahasiswa saya juga.

Karena bidang keilmuan saya adalah filsafat maka yang bisa saya tawarkan kepada mereka sebagai tema kajian ya filsafat itu. Akhirnya, disepakatilah untuk Ngaji Filsafat setiap Rabu malam Kamis.

Mengapa Anda bersedia menjadi pemateri Ngaji Filsafat?

Karena memang bidang yang selama ini saya geluti adalah filsafat. Ruang serta waktunya memungkinkan saya untuk memberikan kajian. Yang lebih menarik, kalau pertanyaannya di balik, mengapa ada orang yang mau mendengarkan kajian saya, sejak awal bahkan hingga saat ini yang kalau dihitung sudah lebih dari 220 kali saya mengisi kajian tersebut.

Kadang ada rasa minder juga. Di Indonesia ini tidak terhitung jumlahnya orang yang ahli di bidang filsafat. Namun, nawaitu saya hanya satu, yaitu 'menemani' mereka yang ingin belajar dan menambah wawasan tentang filsafat. Itu saja. Selebihnya, biar Allah yang mengatur.

Mengapa harus memiliki pengatahuan tentang fisalafat?

Sebenarnya ya tidak cuma filsafat. Umat Islam harus menguasai semua bidang keilmuan karena ilmu merupakan kunci untuk menguasai peradaban. Kebetulan, filsafat sering disebut sebagai 'induk segala ilmu'.

Dulu, kejayaan ilmiah Islam juga diiringi, antara lain, dengan menghidupkan tra disi berpikir kefilsafatan melalui penerjemahan buku-buku filsafat dan munculnya para filsuf Muslim dengan berbagai ga gasan besar. Juga, para Ilmuwan original dengan temuan-temuan mereka yang mencengangkan yang menarik dunia Barat untuk belajar ke sana.

Situasi di era kejayaan Islam tersebut pastinya lahir dari keterbukaan berpikir dan kesediaan untuk belajar tentang apa pun, dari mana pun, dan ini merupakan karakter dari mode berpikir kefilsafatan.

Apa saja yang diajarkan dalam pengajian tesebut?

Dalam ngaji tersebut, materi utamanya ya gagasan dan tokoh-tokoh filsafat, secara luas, baik itu filsafat Barat, Timur, Islam, Indonesia, juga Jawa. Biasanya, diselangseling agar tidak membosankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement