Senin 04 Mar 2019 17:12 WIB

Di Bukittinggi, Ustaz Abdul Somad Merasa Pulang Kampung

Ustaz Abdul Somad mengaku gembira ketika berkunjung ke Sumatra Barat.

Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad melanjutkan safari dakwahnya. Kali ini, mubaligh tersebut mengisi rangkaian acara di Bukittinggi, Sumatra Barat. Warga setempat antusias dalam menyambutnya.

Sementara itu, UAS sendiri mengaku gembira kapanpun berkesempatan mengunjungi Ranah Minang. Bahkan, menurut dia, masyarakat setempat dari berbagai kalangan menyambutnya tidak lagi sebagai seorang penceramah, tetapi juga bagian dari keluarga besar.

Baca Juga

"Orang Minang tidak menganggap saya penceramah undangan, tetapi sudah anak kemenakan nan pulang suruik ka kampuang halaman," ujar Ustaz Abdul Somad (UAS) saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Senin (4/3).

photo
Suasana safari dakwah Ustaz Abdul Somad di Lapangan Bukit Ambacang, Bukittinggi, Sumatra Barat, Ahad (3/3)

Alumnus Universitas al-Azhar (Mesir) itu mengungkapkan rasa kagumnya terhadap budaya Minangkabau. Ada banyak kearifan lokal yang dapat dijumpai di sana. Keindahan tidak hanya muncul dari lingkungan alamnya yang berbukit-bukit, bergunung-gunung, dan membentang penuh pesona. Nilai-nilai estetis dan filosofis juga diperoleh dari khazanah sastranya, semisal pepatah-petitih (peribahasa).

Sebut saja, "Alam takambang jadi guru, satitiak jadikan lawik, sakapa jadikan gunung." Ungkapan itu bermakna, orang hendaknya belajar mengamati alam sekitarnya dan menemukan hikmah sebagai pedoman kehidupan.

Selain itu, dalam konteks keislaman, ialah "Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah." Tatanan adat berjalan seiring dengan tuntunan agama Islam, sementara itu, di saat yang sama, seorang ulama hendaknya memahami kearifan lokal secara komprehensif. Dengan kata lain, tidak mungkin memisahkan antara adat dan agama dalam kultur masyarakat Minangkabau.

"Aplikasinya dalam bentuk nagari madani, memakmurkan masjid, mengaji ka surau, serta amar ma'ruf nahi munkar," jelas peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.

photo
Suasana safari dakwah Ustaz Abdul Somad di Lapangan Bukit Ambacang, Bukittinggi, Sumatra Barat, Ahad (3/3)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement