REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surah al-'Alaq ayat 1-3 merupakan ayat Alquran pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Surah itu disebut juga sebagai ayat Iqra karena mengandung perintah untuk membaca ('Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan').
Akan tetapi, ayat tersebut ternyata bukanlah wahyu yang pertama kali sampai kepada suami Khadijah binti Khuwailid itu. Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Aisyah RA menuturkan, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi SAW adalah mimpi yang baik (al-ru'ya al-shalihah) ketika beliau tidur.
Berikutnya, pria berjulukan al-Amin itu diberikan oleh Allah rasa senang untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts) di dalam Gua Hira. Demikianlah keadaannya, sampai kemudian Malaikat Jibril datang dengan membawa tiga ayat dari awal Surah al-'Alaq.
Adapun Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir memberikan definisi yang lebih perinci. Seorang nabi adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui mimpi atau ilham. Sementara itu, seorang rasul adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril.
Maka dari itu, Nabi Muhammad SAW ketika menerima Surah al-'Alaq di Gua Hira itu sudah berstatus sebagai seorang nabi. Kemudian, sejak turunnya ayat Iqra`, maka beliau berstatus sebagai rasul.
Pendapat tersebut diperkuat Imam al-Baihaqi. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi pada Rabiul Awal berdasarkan wahyu yang diperolehnya melalui mimpi. Enam bulan kemudian, beliau menerima wahyu dalam keadaan terjaga di Gua Hira.
Imam Ibn Hajar al-'Asqalani menuturkan, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa mimpi-mimpi berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya, yakni yang melalui Malaikat Jibril yang datang kepadanya dalam keadaan terjaga.