REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Nahdlatul Ulama menjalin kemitraan dengan Bukalapak untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di kalangan warga Nahdliyyin. Kemitraan tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan antara NU dan Bukalapak yang berlangsung dalam kegiatan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2).
VP of Product Bukalapak, Zakka Fauzan Muhammad mengatakan kerja sama Bukalapak dan NU itu untuk mengembangkan UKM di kalangan Nahdliyin supaya mampu bersaing menghadapi revolusi industri 4.0.
“Ekonomi grass root di Nahdliyin kita sama-sama dorong supaya go digital. Dengan kolaborasi ini, NU akan membentuk marketplace sendiri. NU akan punya white label sendiri,” ucap Zakka.
Sebelumnya dalam pembukaan Munas dan Konbes NU, Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siradj juga menyoroti tantangan revolusi industri 4.0 yang harus dihadapi warga NU. Menurut Said warga NU harus siap menghadapi revolusi industri 4.0.
“Masyarakat Indonesia, khususnya warga NU harus siap menghadapi revolusi industri 4.0, yang bertumpu pada penggunaan massif teknologi informasi berbasis internet, artificial intelegence (kecerdasan buatan) dan analisis big data,” katanya.
Said menambahkan, sektor pertanian merupakan penyumbang PDB terbesar kedua di Indonesia. Menurutnya, 82 persen masyarakat Indonesia bergantung pada sektor pertanian, akan tetapi 30 persen dari jumlah tersebut merupakan petani tradisional. “Yang terseok-seok di tengah gelombang revolusi industri 4.0. Masih sangat ketinggalan para petani kita,” katanya.
Tak hanya Kiai Said, Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar pun dalam pidatonya menyinggung tantangan NU di era digital. Menuju usia satu abad, Kiai Miftah mengatakan, NU perlu menyiapkan 4G, yaitu Grand Idea, grand design, grand strategy, dan grand control.
“Ini PR (pekerjaan rumah) NU yang perlu dirumuskan dalam Munas-Konbes saat ini. Sebab jika tidak dikelola dengan baik, kita jadi bulan-bulanan yang diperebutkan oleh orang lain,” ungkapnya.