REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bosnia-Herzegovina merupakan sebuah negara di Semenanjung Balkan, Benua Eropa. Negara tersebut didiami tiga kelompok etnis utama, yakni Bosnia, Serbia, dan Kroasia. Pedalaman wilayah negara ini berbukit-bukit, serta dialiri banyak sungai. Ibu kotanya adalah Sarajevo.
Negara ini terkenal sekurang-kurangnya lantaran dua hal. Pertama, ia berpenduduk Muslim dengan jumlah yang cukup signifikan. Riset Houssain Kettani yang terbit pada International Journal of Environmental Science and Development (2010) menunjukkan, sebesar 43,8 persen dari total penduduk negara tersebut (3.781.274 jiwa) merupakan kaum Muslimin pada 2010. Persentase itu diprediksi stabil hingga tahun 2020 mendatang.
Selain soal demografis, Bosnia-Herzegovina juga dikenang lantaran Perang Bosnia yang berlangsung antara tahun 1992 dan 1995. Bagaimana latar terjadinya palagan tersebut, dapat ditelusuri sejak negara ini masih menjadi bagian dari Yugoslavia.
Baca juga: Mulanya Dakwah Islam di Bosnia-Herzegovina (5-Habis)
Sejak berdiri pada 1945, Yugoslavia merupakan gabungan dari enam republik, yakni Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia.
Sepeninggalan tokoh pemersatu Yugoslavia, Josip Broz Tito, pada 4 Mei 1980, stabilitas politik di sana sulit terjaga. Kekacauan ekonomi pun membayang.
Pada awal 1980-an, sebanyak 20 persen penduduk Yugoslavia tanpa pekerjaan, sedangkan inflasi melonjak 45 persen. Skandal Agrokomerc pada 1987, umpamanya, menguak betapa korupnya basis finansial Yugoslavia. Hal itu tentu saja menyebarkan krisis kepercayaan di tengah rakyat.
Pergolakan dimulai dengan ulah presiden Serbia Slobodan Milošević yang mencaplok wilayah otonom Vojdovina dan Kosovo pada Maret 1989. Di tahun yang sama, tokoh nasionalis Kroasia, Franjo Tuđman, mendirikan Partai Uni-Demokratik Kroasia (HDZ).
Disintegrasi Yugoslavia secara resmi terjadi pada Selasa pagi, 23 Januari 1990, ketika Liga Komunis Yugoslavia bubar. Tiap republik pun dapat mengklaim kedaulatan masing-masing.
Bosnia-Herzegovina pada saat itu merupakan wilayah yang cukup bineka dibandingkan dengan republik-republik lain dalam federasi Yugoslavia. Masyarakatnya terdiri atas tiga etnis dominan, yakni Bosniak (Muslim), Serbia (Kristen Ortodoks), dan Kroasia (Katolik).
Demokrasi pun agaknya berjalan di negeri itu pasca bubarnya Liga Komunis Yugoslavia. Alija Izetbegovic dari Partai Aksi Demokratik (SDA) menjadi presiden Bosnia-Herzegovina pada November 1990.
Schuman dalam bukunya, Nations in Transition: Bosnia and Herzegovina (2004), memandang Izetbegovic sebagai politikus Muslim yang berjuang mempertahankan keberagaman etnis untuk persatuan negerinya.
Baca juga: Latar Terjadinya Perang Bosnia (2)