REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) terus memprioritaskan program-program terkait pengarusutamaan moderasi beragama. Hal ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat membuka Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/2).
"Menjaga moderasi beragama pada hakikatnya juga menjaga Indonesia," ujar Menteri Agama dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (21/2).
Dialog itu bertajuk "Mengarusutamakan Islam Wasathiyah, Menyikapi Bahaya Hoax dan Fitnah bagi Kehidupan Keagamaan dan Kebangsaan." Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) melalui Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah bertindak selaku tuan rumah.
Menurut Menteri Agama (Menag), terdapat kecenderungan dari sebagian orang untuk terjebak pada pengamalan agama yang berlebihan. Dengan mengatasnamakan agama, sebut dia, mereka menebarkan caci-maki, amarah, fitnah, berita bohong, dan bahkan menghilangkan eksistensi kelompok-kelompok yang berbeda. Namun, dia tidak memerinci kelompok mana yang dimaksud.
"Untuk itu, kita ingin mereka yang mengamalkan pemahaman agama yang berlebihan itu dapat kembali ke tengah, yang sikap beragamanya dapat memanusiakan manusia," ucap Menag.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin, mengatakan jika sikap moderat umat Islam di Indonesia sejatinya telah mendapat perhatian sejumlah negara. Di belahan dunia Islam, Indonesia dianggap sebagai contoh ideal dalam sikap beragama.
"Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, bahkan terbesar di dunia, namun mampu menjalin kehidupan harmonis dalam masyarakat yang pluralistik dengan keragaman suku, agama, ras, dan golongan," kata Muhammadiyah Amin.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen menekankan perang melawan berita bohong harus dilakukan semua pihak, masyarakat dan pemerintah. Kemenag pun terus berkomitmen untuk mewujudkan kehidupan keagamaan dan kebangsaan yang sehat demi keutuhan NKRI.