REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Farida
Nabi SAW bersabda, "Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai." (HR ath-Thusi).
Manusia tidak pernah lepas dari kesalahan (dosa), baik terhadap sesama maupun terhadap Allah. Baik itu kesalahan yang sifatnya ringan maupun berat, sengaja maupun tidak. Karena itu, manusia dalam bahasa Arab disebut "insan" dari kata dasar "nisyan", yakni lupa atau lalai. Manusia sering kali lupa, sehingga melakukan kesalahan berulang-ulang.
Allah Maha Menerima tobat. Sebesar apa pun kesalahan yang dilakukan manusia, Allah selalu membuka pintu tobat bagi manusia. Tentu saja, tobat yang serius, sungguh-sungguh, kemudian berkomitmen untuk tidak mengulangi. Dengan kata lain, "tobat nasuha", yakni tobat yang sebenar-benarnya. Ada orang yang mengaku telah bertobat, namun ternyata ia mengulangi lagi kesalahan itu dengan sengaja, ini bukanlah tobat nasuha.
Meskipun Allah Maha Pengampun dan Penerima tobat, manusia hendaknya tidak menyepelekan kesalahan terhadap-Nya. Seperti disinggung Nabi pada hadis di atas, kita jangan pernah memandang kecil suatu kesalahan, tetapi pandanglah kepada siapa kita berbuat kesalahan. Dalam hal ini adalah Allah. Ada sebuah ungkapan, "Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit". Semakin kita memupuk kesalahan-kesalahan kecil, jika kita biarkan ia akan semakin membesar.
Hal yang sama berlaku pula terhadap hubungan dengan sesama manusia. Jika kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, kita mesti segera mendatanginya dan meminta maaf. Jangan sampai, kesalahan itu malah kita lakukan berulang-ulang, sehingga orang lain itu marah, lalu dendam, dan pada suatu saat melampiaskan dendam itu. Orang yang dimintai maaf juga hendaknya memberi maaf. Memberi maaf adalah tindakan mulia. Nabi SAW sering kali dicela kaumnya, namun beliau selalu memaafkan.
Hal itu terlihat, misalnya, pada hari penaklukan Makkah atau "Fathu Makkah". Seandainya Nabi SAW mau, beliau bisa saja menghabisi semua orang kafir yang dulu memusuhi dan memerangi serta berusaha membunuh beliau dalam setiap kesempatan. Nyatanya, beliau memaafkan mereka, membiarkan mereka tetap hidup. Kecuali, para pengkhianat dan orang-orang yang tetap berusaha memerangi beliau. Kepada mereka, beliau memberikan hukuman yang setimpal.
Jangan pernah meremehkan kesalahan kecil, karena setiap kesalahan akan dicatat oleh malaikat pencatat amal. Kelak, di hari kiamat, catatan itu akan dibeberkan ke hadapan orang yang terkait dengannya. Betapa malu dan menyesalnya orang yang catatan amalnya ternyata buruk, dan ia semakin masygul ketika menyadari bahwa kesalahan yang tercatat itu, dulu ia anggap remeh sehingga ia terus melakukannya berulang-ulang. Pada akhirnya, kesalahan itu membesar dan tertera nyata di catatan tersebut.
Sebelum terlambat, marilah kita berusaha mengontrol diri kita, jangan sampai kita melakukan kesalahan sekecil apa pun. Dan jika ternyata kita telanjur melakukan kesalahan kecil, kita segera bertobat dan tidak mengulangi lagi. Kita mesti malu jika kita melakukan kesalahan kepada Allah, padahal Allah telah memberi banyak sekali karunia kepada kita yang tak terhitung.
Betapa bodohnya jika kita membalas kebaikan Allah dengan kesalahan kita kepada-Nya, meskipun itu kita anggap kesalahan kecil.
Wallahu a'lam.