Rabu 13 Feb 2019 20:48 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (5)

'Allah tidak menurunkan sihir kepada Harut dan Marut'

(ilustrasi) api unggun
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) api unggun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih mengenai Alquran surat al-Baqarah ayat 102, Ibnu Katsir melanjutkan penjelasannya. Di sana, Allah berfirman, yang artinya, “Mereka (setan-setan) mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.’”

Menurut Ibnu ‘Abbas, Allah tidak menurunkan sihir kepada Harut dan Marut.

Baca Juga

Ibnu Katsir juga mengutip elaborasi dari Ibnu Jarir yang menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut.

“Nabi Sulaiman tidak kafir. Dan Allah tidak menurunkan sihir kepada kedua malaikat tersebut tetapi setan-setan itu yang kafir. Mereka (setan-setan) mengajarkan sihir kepada manusia di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut. […] Dengan demikian, makna malaikat itu adalah Jibril dan Mikail karena para penyihir dari kalangan orang-orang Yahudi menganggap bahwa Allah telah menurunkan sihir melalui lisan Jibril dan Mikail kepada Nabi Sulaiman bin Daud. Maka Allah pun mendustakan mereka dalam hal itu. Dan Dia memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Jibril dan Mikail tidak pernah turun dengan membawa sihir.”

Babil atau Babilonia merupakan peradaban kuno yang tumbuh di wilayah subur Mesopotamia (Irak). Pada awalnya, Babilonia hanyalah kota kecil yang mulai berpenghuni sejak era kerajaan Akkadian abad ke-23 sebelum Masehi (SM). Dalam era kekuasaan raja Hammurabi abad ke-18 SM, kota ini berkembang pesat.

Sejarawan Kurt Seligmann menjelaskan bagaimana ritual-ritual sihir berlangsung di Babilonia dalam masa keemasannya. Itu antara lain termaktub dalam prasasti beraksara huruf paku (cuneiform) yang ditemukan dalam reruntuhan kompleks perpustakaan kuno Nineveh (kini sekitar Mosul). Raja Ashurbanipal pada abad ketujuh SM mengumpulkan puluhan ribu gulungan atau inskripsi yang merangkum tradisi dan kode-kode hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement