REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ada banyak hikmah di balik ujian, baik yang menimpa diri individu maupun kolektif. Menurut Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin, seorang Muslim atau komunitas Islam hendaknya tidak berputus asa dalam mengharapkan pertolongan Allah SWT.
Sering kali, lanjut dia, pertolongan itu tiba ketika ujian dirasakan sedang berat-beratnya. Hal itu disampaikannya dalam kesempatan ceramah di tabligh akbar yang dihelat DPW Wahdah Islamityyah Banten dengan tema "Meraih Kemenangan dari Keterpurukan."
"Di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, semua membuktikan hal tersebut. Bahkan, terkadang pertolongan itu datang pada detik-detik terakhir saat kita terdesak," ujar Ustaz Zaitun Rasmin dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Senin (11/2).
Contoh lain adalah ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA sedang berada di Gua Tsur. Keduanya hampir saja tertangkap oleh orang-orang musyrikin Quraisy yang hendak memaksa mereka agar kembali ke Makkah.
“Saat itulah terucap perkataan beliau SAW yang Allah abadikan dalam Alqur'an. 'Laa tahzan' (jangan bersedih) karena Allah bersama kita. Allah pun menyelamatkan mereka," lanjut wakil sekretaris jenderal MUI Pusat itu.
Karena itu, dia meminta hadirin untuk mengambil hikmah dari sirah Nabawiyyah. Misalnya, pada saat penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu, cukup banyak sahabat Nabi SAW yang mengira umat Islam sedang di ambang kekalahan. Sebab, beberapa klausul perjanjian itu tidak adil terhadap umat Islam.
Namun, dengan penuh keyakinan Rasulullah SAW menenangkan mereka. Akhirnya, terbukti bahwa kaum Muslimin dapat menaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), sehingga kekalahan di pihak kaum musyrikin.
Mengalah bukan berarti merenggangkan solidaritas. Ustaz Zaitun Rasmin memaparkan, ada suatu peristiwa antara Perjanjian Hudaibiyyah, yakni Baiatur Ridwan. Saat itu, tersiar kabar bahwa Utsman bin Affan yang diutus menemui orang-orang Quraisy dibunuh. Karena itu, Nabi SAW mengumpulkan para sahabat dan meneguhkan komitmen mereka untuk berjuang hingga titik penghabisan.
"Umat Islam memang umat yang cinta damai. Tapi bukan umat yang bisa dilecehkan. Bukan umat yang tidak punya solidaritas," ucapnya.