Sabtu 09 Feb 2019 09:11 WIB

Dakwah untuk Kebaikan

Perlu adanya saling memahami bahwa dalam dakwah ini ada ilmu

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Pondok Pesantren Mutiara Hati Beriman, Salatiga, KH Tio Iskandar, menyebut, dakwah di kalangan Tionghoa tak berbeda dengan di kalangan lainnya. Menurut dia, dakwah dilakukan dengan baik tanpa mencaci maki dan memanusiakan manusia.

Kiai Tio yang juga merupakan Muslim Tionghoa ini menjelaskan, tujuan dakwah itu mengajak orang untuk melakukan kebaikan. "Jangan menyinggung perasaan orang lain dan tidak menjelek-jelekkan agama orang lain. Kalaupun ada konversi agama, contohnya orang Kristen pindah ke Islam atau Islam pindah ke Kristen, ya dia juga tidak boleh menjelek-jelekkan agamanya yang dulu," ujar Kiai Tio.

Ia menyebut dakwah saat ini sudah sangat berkembang. Media sosial bisa manjadi salah satu sarana berdakwah. Meski demikian, ia mengingatkan agar penggunaannya juga harus hati-hati lantaran jejak digital tidak bisa hilang.

Dia mengungkapkan, pekerjaan warga Tionghoa yang mayoritas sebagai pedagang membuat mereka mesti diperhatikan. Para dai, kata dia, harus membina mualaf asal Tionghoa ini karena mereka terkadang me rasa sendirian, terlebih di lingkungan keluarga. Menurut dia, butuh pendekatan dan sentuhan yang lebih halus untuk berkomunikasi kepada mereka.

"Kalau kita gunakan hati, hati ini yang akan mengajak orang dengan penuh keikhlasan dengan kebaikan. Perlu adanya saling memahami bahwa dalam dakwah ini ada ilmu, maka dakwah akan berjalan dengan baik," ujarnya.

Kiai Tio pun mengingatkan bahwa dalam bahasa Islam, hik mah akan membawa kepada kebijaksanaan. Kiai Tio pun menjelaskan, salah satu cara berdakwah di kalangan Tionghoa yak ni lewat bisnis. Bersama kawan-kawannya, Kiai Tio kerap membuka kesempatan un tuk berkolaborasi dalam berdagang. Salah satunya dengan membuka koperasi.

Setelah itu, para pengusaha ini dikenalkan un tuk bersedekah, menyadarkan bahwa di an tara harta yang dimiliki ada harta fakir mis kin dan yatim piatu. Mereka pun diajak un tuk berbagi harta demi pergerakan Islam.

Salah satu wadah bagi mereka, yakni Per satuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Me nurut Kiai Tio, PITI yang memiliki be berapa cabang di berbagai daerah bisa men jadi tempat bagi mereka saling mengasah, melihat, belajar, dan berhimpun. Dengan demikian, jika melihat ada anggota komunitas atau mualaf yang mengalami kekurangan ekonomi, bisa dibantu ber sama.

Kiai Tio menitip pesan bagi umat Islam dari kalangan Tionghoa. Dalam memahami Islam, mereka harus beriman lalu meng ilmu Islam. Dengan menuntut ilmu, mau tidak mau akan muncul kemauan untuk belajar. "Kalau sudah mengilmui, menja lankan il munya. Dengan ilmu dia bisa sha lat, ber doa, sedekah, bahkan yang pa ling kecil wu dhu. Setelah semuanya dia kuasai, dia bo leh tuh berdakwah, menyo sialisa si kan ajar an Islam. Dan terakhir, dia ber sa bar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement