REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Situs arkeologi Agora di pusat kota kuno Palmyra (disebut juga kota Tadmur) di Damaskus, Suriah konon merupakan ikon sebuah kota dengan perkembangan dan peradabannya.
Situs itu berada diantara tembok pertahanan kota itu. Lokasi tersebut dijadikan titik berkumpul para pedagang yang datang dari Timur dan Barat. Karenanya kota itu biasanya mengambil pajak dari pedagang sehingga membuat pedagang bisa memajang barang-barang yang dijajakan di alun-alun.
Pengambilan pajak atau bea cukai itu tertulis pada batu prasasti yang telah ditemukan di situs Agora.
Prasasti pada batu yang ditemukan tersebut menuliskan semua jenis pajak yang dikumpulkan kota Plamyra. Hasil penarikan pajak ditempatkan di perbendaharaan kota itu.
Sekretaris Museum Palmyra, Dr Khalil al-Hariri mengatakan bahwa barang-barang komersial yang biasanya tiba di pusat perbelanjaan Agora di Palmyra ditempatkan di toko-toko khusus di dekat situs Agora.
Barang-barang yang datang dari luar Suriah itu kemudian didistribusikan ke toko-toko komersial berdasarkan kebutuhan setiap pedagang.
Sedang untuk toko-toko di dua sisi jalan utama sekitar amfiteater merupakan toko wewangian, rempah-rempah, garam, dupa, kulit, dan lain-lain.
Keistimewaan kota, menurut al-Hariri, diwujudkan melalui megahnya alun-alun tempat pertemuan publik di Agora yang dihiasi dengan patung-patung para bangsawan, pedagang, dan pemimpin dengan tulisan yang menawan.
Di alun-alun itu, para pejabat Palmyra juga biasa berkumpul untuk membahas urusan-urusan penting.
“Ada pepatah pengusaha dan pemimpin dari penduduk kota Palmyra, jika Anda ingin perdagangan anda tercapai dan aman, kirimkan ke pedagang Palmyra,” tutur Al Hariri seperti dilansir Sana News pada Selasa (29/1).
Sebab itu Agora di Palmyra pantas mendapat gelar zona perdagangan bebas tertua perdagangan dunia. Andrian Saputra