REPUBLIKA.CO.ID, DOHA– Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa menanggapi pertanyaan tentang masa lalunya yang terkait dengan Al-Qaeda.
Dia menolak disebut sebagai teroris, sambil bertanya, "Apa arti kata teroris? Apa definisi terorisme sebenarnya?"
"Penilaian terhadap saya sebagai teroris adalah salah satu penilaian politis yang tersebar di dunia, di mana tuduhan terorisme dilontarkan kepada orang-orang tanpa bukti yang cukup," kata dia dalam salah satu sesi Forum Doha ke-23, dikutip Aljazeera, Ahad (7/12/2025).
Dia menambahkan bahwa teroris dalam pandangan umum adalah orang yang membunuh orang tak bersalah, anak-anak, dan masyarakat, serta menggunakan cara-cara ilegal untuk menyakiti mereka.
Dia mencatat bahwa jika definisi ini diterapkan pada banyak negara di dunia, jumlah korban di Gaza mendekati 60 ribu orang tak bersalah. Di Suriah selama 14 tahun, lebih dari satu juta orang gugur, dan hingga saat ini ada lebih dari 250 ribu orang yang hilang.
Dia melanjutkan, "Kami telah membebaskan semua tahanan, tetapi kami tidak menemukan mereka. Konflik ini juga menyebabkan lebih dari 14 juta orang mengungsi, namun hal ini tidak disebut sebagai terorisme."
Al-Sharaa menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak menyakiti warga sipil. "Saya telah bertempur di berbagai medan perang selama lebih dari 20 tahun, dan saya bertempur dengan penuh kehormatan. Saya hidup dalam bahaya dan membahayakan diri saya sendiri serta semua orang yang bersama saya agar warga sipil tidak terluka."
Dia menegaskan, kenyataan membantah semua pernyataan itu dan pada akhirnya dunia sadar bahwa kebijakan itu salah dan deskripsinya juga salah. "Dewan Keamanan sepakat untuk mencabut status teroris saya," ujar dia.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa negaranya sedang bergerak ke arah yang benar dan telah berubah dari daerah pengekspor krisis menjadi teladan stabilitas.
Dia menuduh Israel sebagai pengekspor krisis, dan menegaskan bahwa dunia mendukung tuntutan negaranya agar Israel menarik diri dari wilayah Suriah yang didudukinya.




