REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan Indonesia mengalami defisit guru agama di sekolah. Mengingat kebutuhan guru agama mencapai 20 ribu yang harus tersebar di seluruh Indonesia. “Indonesia alami defisit guru agama di sekolah, lebih dari 20 ribu kebutuhannya. Kadang guru yang bukan dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) jadi bisa dilihat kapabilitasnya,” ujar Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemenag, Suwendi di Jakarta, Jumat (11/1).
Sebagai bentuk penyelesaiannya, menurutnya, Kemenag telah mendapatkan pos anggaran untuk merekrut guru agama di seluruh Indonesia. Nantinya, perekrutmen akan dibantu oleh sejumlah pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
“Tahun ini mendapatkan pos besar untuk rekrut guru agama. Guru agama di sekolah tidak semua di Kemenag untuk perekrutannya, kemudian sejumlah pemerintah daerah melakukan perekrutan dengan tes wawasan kebangsaan dan baca serta menulis Alquran,” ucapnya.
Menurutnya, perekrutmen guru agama menjadi hal penting dilakukan. Mengingat saat ini murid atau mahasiswa mendapatkan sumber keagamaan berasal dari media sosial dan kelompok Islam baru. “Ini problem serius yang dihadapi. Kami sampaikan mahasiswa tidak semua basis prodi PAI, ada banyak lembaga mendapatkan sumber pengetahuan berbasis medsos, di luar prodi itu sendiri,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kementerian Agama saat ini tengah kekurangan puluhan ribu guru agama karena sudah banyak yang pensiun. Kemenang membutuhkan 74 ribu guru agama baru untuk memenuhi kebutuhan tahun 2018 ini.
Menurut Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Imam Syafii, kebutuhan ini guna menggantikan ribuan guru yang memasuki masa pensiun. "Di Jawa Timur saja tahun lalu kehilangan 1.000 guru karena pensiun, belum lagi daerah-daerah lain," katanya dalam siaran pers yang diterima //Republika.co.id, Kamis (15/3).