Maklum saja, mereka benar-benar kelaparan karena persediaan makanan sangat sedikit. Kadang-kadang, menurut Dr Akram, Nabi SAW serta para sahabat dari golongan Anshar dan Muhajirin tak kebagian makanan sehingga harus rela mengganjal perutnya dengan kurma seadanya.
Bahkan, pernah selama tiga hari mereka tak makan sama sekali. Kondisi itu tak menyurutkan semangat kaum Muslimin untuk tetap menggali tanah Madinah, yang tandus, kering, dan penuh bebatuan. Hangatnya keimanan yang ada dalam hati mereka, mampu mengusir cuaca dingin dan rasa lapar yang melilit-lilit, ujar Dr Akram.
Semua kaum Muslimin tanpa memandang status sosial bekerja bersama-sama. Rasulullah SAW pun turut memberi semangat dan teladan, dengan ikut menggali dan mengangkut tanah. Sehingga, perut Nabi Muhammad SAW dipenuhi debu. Untuk mengurangi rasa lapar yang melilit, beliau mengganjal perutnya dengan batu.
Para sahabat pun kerap meminta bantuan dari Rasulullah SAW untuk memecahkan bebatuan yang besar. Rasulullah SAW lalu mengambil cangkulnya dan membantu memecahkan batu-batuan yang besar itu. Untuk memberi semangat bagi para sahabat, Nabi SAW tetap mengerjakan pekerjaan berat itu dengan riang gembira.
Rasulullah SAW menggali parit dan memecahkan bebatuan yang besar sambil melantunkan syair: Ya Allah, kalau bukan karena Engkau, kami tak kenal hidayah… Tak kenal sedekah dan tak kenal shalat. Ya Allah, limpahkanlah ketabahan dan ketenangan. Mantapkan kaki dan tekad menghadapi lawan. Komplotan musuh siap menyerang kita membawa bencana. Namun, kita tak rela terhadap fitnah.