Jumat 04 Jan 2019 05:35 WIB

Ketika Kita Menguap

Menguap bisa menimpa siapapun.

Menguap. Ilustrasi
Foto:

Ibnu Bathal mengatakan, aktivitas menguap disandarkan kepa da setan bukan berarti makhluk Allah terlaknat tersebut juga melakukan kegiatan yang sama, menguap. Yang dimaksud penyandaran ini lebih berarti bahwa setan senang melihat mereka yang menguap lantaran ekspresi lucu— menurut setan—yang muncul dari muka penguap. Melalui kuap pula, setan disinyalir bisa masuk dan melalaikan penguap dari berbuat kebaikan.

Abu Bakar ibn al-Arabi menambahkan, segala aktivitas yang tidak mengenakkan dan dicela diidentikkan dengan setan. Lain halnya perbuatan yang baik, se lalu disandarkan kepada Allah. Menguap, menurutnya, timbul dari rasa letih dan kenyang yang memicu rasa malas, kesemuanya ada lah dorongan setan.

Imam Nawawi mengatakan, dasar pe nis batan kuap kepada setan yaitu setan mengajak pada syahwat. Menguap terjadi akibat fisik letih dan perut mulai kenyang. Oleh karena itu, peringatan yang terdapat di berbagai hadis tersebut juga bermakna agar menghindari penyebab kuap, yang tak lain ialah makan terlalu kenyang dan berlebihan.

Dalam beberapa riwayat Bu khari Muslim diutarakan bahwa kuap yang dimaksud hanya berlaku saat menunaikan shalat. Se dangkan, di riwayat lainnya, tuntunan kuap bersifat mutlak, tanpa dibatasi ketika shalat. Menyikapi ragam riwayat itu, masih menurut Ibn al-Arabi, anjuran menahan kuap berlaku untuk setiap kondisi alias mutlak, baik shalat maupun kala tak sedang mendirikannya. Penekanan tuntutan lebih diper tegas khusus shalat karena kuap yang datang ketika itu bisa me rusak kekhusyukan.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement