Rabu 02 Jan 2019 14:30 WIB

Hakikat Kematian

Kematian dalam Islam bukanlah sesuatu yang buruk.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Kematian (ilustrasi)
Foto:

Pakar tafsir Fakhruddin ar-Razi menyatakan, ayat ke-42 surah az-Zumar itu sebagai berikut. “Yang pasti adalah tidur dan mati merupakan dua hal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedangkan tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna, dilihat dari beberapa segi.”

Mati itu sendiri lezat dan nikmat, bukankah tidur juga demikian? Tetapi, tentu saja ada faktor-faktor eksternal yang dapat menjadikan kematian lebih lezat dari tidur atau menjadikannya amat mengerikan melebihi ngerinya mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia. Faktor-faktor ekstern tersebut muncul dan diakibatkan oleh amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini.

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad  menjelaskan, “Seorang mukmin saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh  malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih disenanginya, kecuali  bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkan kepadanya apa yang bakal dihadapinya. Dan, ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu dengan Tuhan.”

Dalam surah Fushshilat ayat 30 Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan jangan pula bersedih, serta bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah kepada kamu.”

Turunnya  malaikat tersebut, menurut banyak pakar tafsir, adalah ketika seseorang yang sikapnya seperti digambarkan ayat di atas sedang menghadapi  kematian. Adapun ucapan  malaikat, “Janganlah kamu merasa takut”, untuk menenangkan mereka saat menghadapi maut  dan  sesudah  maut.  Sedangkan, “jangan bersedih” adalah untuk  menghilangkan kesedihan mereka menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan, seperti  anak, istri, harta, atau utang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement