Rabu 02 Jan 2019 14:30 WIB

Hakikat Kematian

Kematian dalam Islam bukanlah sesuatu yang buruk.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Kematian (ilustrasi)
Foto:

Sejarawan Ibnu Ishak meriwayatkan ketika orang-orang musyrik yang tewas dalam Perang Badar dikuburkan dalam satu perigi oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya. Rasul bertanya kepada mereka yang telah tewas itu.

“Wahai penghuni perigi, wahai Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Ummayah bin Khalaf; Wahai Abu Jahl bin Hisyam,  (seterusnya beliau menyebutkan nama orang-orang yang di dalam perigi itu satu per satu). Wahai penghuni perigi! Adakah kamu telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar-benar ada? Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku.” “Rasul. Mengapa Anda berbicara dengan orang yang sudah tewas?” Tanya para sahabat. Rasul menjawab, “Kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi mereka tidak dapat menjawab-ku).”

Cendekiawan Muslim Musthafa  Al-Kik menulis dalam bukunya Baina Alamain bahwa kematian yang dialami oleh manusia dapat berupa kematian mendadak, seperti serangan jantung, tabrakan, dan sebagainya serta dapat juga merupakan kematian normal yang terjadi melalui proses menua secara perlahan. Yang mati mendadak maupun yang normal, kesemuanya mengalami apa yang dinamai sakarat al-maut (sekarat), yakni semacam hilangnya kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dan jasad.

Dalam keadaan mati mendadak, sakarat al-maut itu hanya terjadi singkat yang mengalaminya akan merasa sangat sakit karena kematian yang dihadapinya ketika itu—diibaratkan oleh Nabi—seperti duri yang berada dalam kapas dan yang dicabut dengan keras. 

Banyak ulama tafsir menunjuk ayat wan nazi’at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras) (QS an-Nazi’at [79]: 1) sebagai isyarat kematian mendadak. Sedangkan, lanjutan ayat surah tersebut, yaitu wan nasyithati nasytha (malaikat-malaikat yang mencabut ruh dengan lemah lembut) sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara perlahan-lahan.

Kematian yang melalui proses lambat itu dan yang dinyatakan oleh ayat di atas sebagai “dicabut dengan lemah lembut” sama keadaannya dengan proses yang dialami seseorang pada saat kantuk sampai dengan tidur, (QS az-Zumar [39]: 42).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement