REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf menyerukan agar umat melakukan perubahan ke arah yang lebih menyambut Tahun Baru 2019. Terutama, ia mengimbau, umat perlu memperbaiki akhlak saat beraktivitas di media sosial.
Menurut dia, umat tidak boleh menelan mentah-mentah informasi yang tersebar di media sosial. "Saya berpesan di tahun baru ini bahwa sebuah perubahan itu semestinya diikuti dengan perubahan perilaku atau akhlak. Karena itu, perubahan teknologi informasi di media sosial itu tolong informasi yang ada itu ditelaah dulu kebenarannya," ujar KH Yusnar kepada Republika.co.id, Selasa (1/1).
Menurut dia, hal itu sudah dipesankan Allah dalam Alquran sehingga umat tidak boleh tergesa-gesa menerima sebuah informasi tanpa ditelusuri kebenarannya. Sebab, menurut dia, informasi itu bisa bermuatan fitnah, bermuatan tuduhan, dan ujaran kebencian.
"Tuduhan-tuduhan itu kalau pun itu benar tolong sabar dulu, kemudian kita lakukan dialog dan silang pendapat sehingga bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.
Ketua umum PB Al-Washliyah ini menyampaikan pesan tersebut karena pada tahun ini juga bertepatan dengan pelaksanaan Pilpres pada April mendatang. Karena itu, dia berpesan kepada semua pihak untuk membangun nuansa politik yang sejuk selama Pilpres 2019.
"Kalau ini tidak kita cermati dengan baik, kita takutkan akan seperti masa Umayyah yang hanya bertahan 89 tahun kemudian hancur digantikan Abbasiyah," ucapnya.
Selain itu, KH Yusnar juga menyerukan kepada umat agar turut berpartisipasi dalam Pilpres 2019. Namun, kata dia, terdapat beberapa kriteria seorang pemimpin yang harus menjadi pilihan umat.
Di antaranya, kata dia, yaitu pemimpin yang mumpuni, pemimpin yang jujur, pemimpin yang beriman kepada Allah, serta pemimpin yang berakhlak. "Pilihlah pemimpin yang berakhlak, artinya tidak pemarah tetapi penyayang kepada rakyatnya. Jangan kita memilih pemimpin yang pemarah, pemimpin yang emosional," katanya.