Senin 17 Dec 2018 23:05 WIB

Apresiasi Habaib, Menag: Kiprah Keturunan Arab tak Diragukan

Akulturasi Islam dan budaya unsur Islamisasi berasal dari keturunan Arab.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Rabithah Alawiyah organisasi Islam yang menjadi wadah resmi seluruh habib di Indonesia memeringati milad ke-90 di Jakarta, Ahad (16/12)
Foto: Fuji E Permana/Republika
Rabithah Alawiyah organisasi Islam yang menjadi wadah resmi seluruh habib di Indonesia memeringati milad ke-90 di Jakarta, Ahad (16/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Lukman Hakim memberikan apresiasi kepada Rabithah Alawiyah atas kiprahnya membangun umat, bangsa dan negara di bidang dakwah, pendidikan, dan kesejahteraan umat. 

Apresiasi tersebut disampaikan saat memberikan sambutan dalam Milad ke-90 Rabithah Alawiyah Indonesia. Rabithah Alawiyah merupakan organisasi Islam yang menjadi wadah resmi seluruh habib, keturunan Rasulullah SAW di Indonesia.    

Menag mengatakan, lima tahun setelah sumpah pemuda tepatnya pada 4 Oktober 1934 di Semarang, Jawa Tengah. Sejumlah pemuda keturunan Arab mendukung gagasan Tanah Air Indonesia.  

Pemuda keturunan Arab tersebut, kata dia, tidak lagi mengkaitkan diri mereka dengan asal usulnya dari Hadhramaut di Yaman. Sebagian kaum peranakan Arab di Hindia Belanda pada saat itu telah sampai pada satu titik pencarian identitas, yaitu bersumpah bertanah air Indonesia.

"Dengan fakta sejarah tersebut saya kira tidak ada keraguan sedikitpun bahwa golongan keturunan Arab sebagai bagian dari Bangsa Indonesia memiliki peran dan sumbangsih yang begitu besar dalam membangun rumah kebangsaan Indonesia," kata Lukman saat pidato di Hotel Aston Priority, Ahad (16/12) malam. 

Dia menerangkan, golongan keturunan Arab mengambil andil dalam pembentukan nasionalisme Indonesia modern dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebudayaan, bahasa dan tradisi Muslim di Nusantara sebagian merupakan hasil akulturasi dengan kebudayaan serta tradisi yang berasal dari golongan keturunan Arab.

"Saya perlu menyatakan secara tegas hal ini untuk mempertegas bila ada sebagian di antara kita yang masih mempertanyakan atau mengingkari kenyataan bahwa kecintaan keturunan peranakan Arab terhadap tanah air ini sebenarnya tak perlu diragukan lagi, sejarah mencatat dengan sangat jelas," ujarnya.

Menag menyampaikan, sengaja mengemukakan kilas balik sejarah dalam rangka mengingatkan lagi semuanya untuk senantiasa mencintai negeri dan Tanah Air Indonesia. Serta menjaganya dari berbagai perpecahan, adu domba dan perseturuan yang merugikan semua. Semua warga Bangsa Indonesia harus memiliki kesadaran untuk bersatu dan menjunjung tinggi persatuan di atas keragaman.

Dia menambahkan, peringatan dan tasyakur milad ke-90 Rabithah Alawiyah selayaknya dijadikan momentum untuk senantiasa menguatkan ikatan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. Umat Islam Indonesia adalah umat yang tetap terikat dengan perjanjian dalam persaudaraan kebangsaan.

"Setiap perbedaan di kalangan umat atau di kalangan pemimpin dan tokoh umat tidak seyogianya menimbulkan pertentangan dan perpecahan yang bisa menimbulkan tercerai beranya ikatan kebangsaan kita," jelasnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement