Jumat 14 Dec 2018 23:33 WIB

Indeks Kerukunan Menurun, Kemenag: Kita Tetap Rukun

Indeks kerukunan di daerah mengalami fluktuasi sebab beragam faktor.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia
Foto: Musiron Republika
Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Indeks kerukunan umat beragama tahun ini tercatat berada pada angka 70,90. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai skor 72,72. Skor tersebut berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama.

Penurunan angka kerukunan beragama menurut Kementerian Agama bukan hal yang terlalu serius. Kapuslitbang Kemenag, Muharram Marzuki mengatakan ada banyak faktor yang memengaruhi penurunan indeks kerukunan umat beragama.

Kondisi politik jelang pemilihan presiden dan wakil presiden, kata Muharram, salah satu faktor penyebabnya. Masalah lainnya karena kondisi sosial, ekonomi dan lainnya. Kendati mengalami penurunan, secara umum skor kerukunan umat beragama di Indonesia masih sangat tinggi karena berada di atas angka 60.

“Artinya tidak ada masalah dalam penyelenggaraan pesta demokrasi seperti ini pun tetap masyarakat kita masih dalam kondisi rukun,” ujarnya kepada republika.co.id, Jumat (14/12).

Dalam hasil survei tersebut juga disebutkan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi paling tinggi tingkat kerukunan beragamanya dengan skor 78,9. Sedangkan Sumatra Barat (Sumbar) paling rendah yaitu 62,5.

Muharram menjelaskan, masyarakat NTT sangat aktif dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di daerahnya. Mereka melakukan tindakan yang mendukung terciptanya kerukunan tersebut seperti saling membantu dalam perayaan hari besar keagamaan meskipun berbeda keyakinan. Selain itu mereka juga saling gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah.

Kendati menempati posisi teratas daftar skor kerukunan beragama, kata Muharram, angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Banyak faktor yang memengaruhi penurunan tersebut mulai dari sosial-politik dan ekonomi.

“Persoalannya namanya dalam pengukuran kan melakukan pemotretan pada saat kejadiaan. Pada saat itu memang adanya seperti itu. Artinya tidak dicari pada saat keadaan nyaman atau tidak. Apa adanya yang kita lakukan,” kata Muharram.

Muharram menambahkan, terkait Sumbar yang tercatat memiliki skor terendah bukan berarti kerukunan beragamanya rendah. Menurutnya, kerukunan di sana masih tinggi karena berada pada angka di atas 60.

Keadaan naik dan turun skor kerukunan antarumat beragama di seluruh provinsi di Indonesia selalu mengalami fluktuatif. Seperti di Aceh dan Banten tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. 

Hal tersebut tak lepas dari peran pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan ormas-ormas dalam mewujudkan kerukunan beragama.

“Orang kita kan perlu dilakukukan dialog antarumar beragama. Sering berdialog itu akan berpengaruh seperti Banten dan Aceh gencar sekali (dialog) sekarang,” kata Muharram menambahkan.

Muharram meminta kepada seluruh umat beradagama agar saling menghormati dan membantu antar sesama. Dengan sikap tersebut, Muharram meyakini kerukunan berama di Indonesia akan terus terjaga.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement