Mereka berdagang pula hingga wilayah Ghana dan Mali. Pertambangan emas yang mereka usahakan di Mali juga menjadi sumber pundi-pundi mereka. Laman Muslimheritage mengungkapkan, seorang penulis bernama Nasir al-Din bin Musallam yang hidup pada abad ke-13 menyebut soal Karimi.
Menurut Nasir, jika menyangkut harta kekayaan, keluarga Karimi merupakan sebuah keajaiban pada masa itu. Leluhur keluarga Karimi merupakan pengusaha dan juga pedagang. Kakeknya, Ibnu Yasir al-Balisi, adalah pedagang sekaligus pengusaha yang paling terkenal.
Hartanya dikatakan mencapai 10 juta dinar dan digambarkan sebagai pedagang terkaya pada zamannya. Ibnu Battuta (1304-1368), seorang ilmuwan Muslim, pernah mencatat bahwa kekayaan keluarga Karimi sebanding dengan kekayaan para pedagang besar Cina.
Pedagang besar lainnya berasal dari keluarga Al-Kharrubi, Al-Kaubak, Yasir, Al-Mahalli, dan Al-Damanini. Mereka mewarisi tradisi dagang dari keluarga Karimi. Mereka pun mewariskan perdagangannya kepada keturunannya.
Bahkan, Karimi mengirimkan anak-anaknya ke berbagai negara untuk mendapatkan pengalaman yang dibutuhkan dalam mengembangkan bisnis keluarga. Keluarga Karimi juga memainkan peran penting lainnya dalam sejarah perekonomian Islam.
Mereka ikut andil dalam proyek-proyek pemerintah dan mengoperasikan institusi perbankan untuk tempat menyimpan dan meminjam uang. Mereka yang menjadi nasabah bukan hanya para pedagang dari kaum Frank, tetapi juga para sultan dan emir.