Kamis 13 Dec 2018 12:32 WIB

Ragam Komoditas Pedagang Muslim

komoditas perdagangan yang paling penting pada masa kekuasaan Islam adalah tekstil.

Tekstil Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Tekstil Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang Muslim memperjualbelikan beragam komoditas. Ada beras, rempah-rempah, dan hasil pertambangan. Namun, komoditas perdagangan yang paling penting pada masa kekuasaan Islam adalah tekstil. Bahkan, bermunculan banyak industri tekstil.

Tak jarang, dalam sebuah keluarga, semua anggota keluarga Karimi berpartisipasi dalam kegiatan produksi tekstil, termasuk menenun. Pada saat Dinasti Umayyah dan Abbasiyah berkuasa, mereka memiliki dan mengoperasikan pabrik-pabrik tekstil.

Baca: Jejak Pedagang Muslim

Pabrik-pabrik tersebut tak hanya menghasilkan produk tekstil untuk memenuhi kebutuhan keluarga pemerintah, namun juga hadiah bagi penguasa dari kerajaan-kerajaan tetangga. Saat Dinasti Fatimiyah berkuasa, produksi tekstil masih bertahan, bahkan mengalami kenaikan.

 

Mereka tak hanya membangun pabrik tekstil di Mesir dan Suriah, tetapi juga di beberapa tempat lainnya di wilayah kekuasaan Islam. Di Spanyol, juga didirikan banyak pabrik tekstil. Pabrik tersebut terdapat di Almeria, Murcia, Sevilla, Granada, dan Malaga.

Di Asia Kecil, pabrik tekstil dibangun di Saljuq. Baghdad juga dikenal sebagai pusat industri tekstil, begitu pula Persia. Singkat kata, industri tekstil mengalami kemajuan pesat. Di Kota Tinnis, Mesir, misalnya, sebuah pabrik memiliki kapasitas produksi besar.

Baca Juga: Mengenal Jalur Perdagangan Islam

Pabrik tersebut memiliki 5.000 alat tenun dan hasil tekstilnya diekspor. Pada akhir abad ke-10, ekspor tahunan Tinnis mencapai nilai 20 hingga 30 ribu dinar. Nilai ekspor sebesar itu merupakan jumlah yang lumayan besar pada saat itu.

Perkembangan industri tekstil yang pesat juga menghasilkan pemasukan besar bagi kas negara. Pada 974 Masehi, di sejumlah kota di Mesir, seperti Tinnis, Damiette, dan Al-Ashmunayn, dalam satu hari bisa terkumpul pembayaran pajak sebesar 200 ribu dinar.

Tekstil juga merupakan komoditas perdagangan penting di Kota Baghdad, Tabriz, Isfahan, Yazd, dan Nisyapur. Namun kemudian, zaman keemasan Islam memudar. Ini terjadi setelah terjadinya invasi yang dilakukan Mongol pada abad ke-13.

Akibat invasi ini, produk tekstil yang dihasilkan oleh Muslim mengalami penurunan tajam. Menurut Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim ternama, negara tak lagi memiliki pabrik tekstil seperti pada masa kejayaan.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement