Sabtu 08 Dec 2018 05:00 WIB

Kisah Aisyah Mendidik Keponakannya

Qasim menjadi ulama ternama Madinah.

Alquran
Foto:

Suatu hari, aku berkata kepadaku bibiku Aisyah, “Wahai Ibu, tunjukkan kepadaku kubur Nabi Muhammad SAW dan kedua sahabatnya, aku ingin sekali melihatnya.”

Tiga kubur itu berada di dalamnya rumahnya, ditutup dengan sesuatu untuk menghalangi pandangan. Beliau memperlihatkan untuk kami tiga buah makam yang tidak diunggukkan dan tidak pula dicekungkan.

Ketiganya ditaburi kerikil merah seperti yang ditaburkan di halaman masjid. Saya bertanya, “Yang mana makam Rasulullah?” Beliau menunjuk salah satu darinya: “Ini.” Bersamaan dengan itu, dua butir air mata bergulir di pipinya, tetapi segera disekanya agar aku tak melihatnya. Makam Nabi SAW itu agak lebih maju dari makam kedua sahabatnya.

Saya bertanya lagi, “Lalu yang mana makam kakekku, Abu Bakar?” Sambil menunjuk satu kubur beliau berkata, “Yang ini.” Kulihat makam kakekku sejajar dengan letak bahu Rasulullah. Aku berkata, “Yang ini makam Umar?” Beliau menjawab, “Benar.”

Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Aisyah itu berhasil membentuk karakter Qasim. Ia tumbuh sebagai sosok dengan kecerdasan otak dan kesalehan spiritual. Kecintaannya terhadap ilmu sangatlah besar. Ia sangat gemar mendatangi halaqah-halaqah ilmu di Masjid Nabawi.

Belajar kepada Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Khabbab, Rafi’ bin Khudaij, Aslam pembantu Umar bin Khathab, dan sebagainya. Hingga pada gilirannya beliau menjadi imam mujtahid dan menjelma menjadi manusia yang paling pandai dalam hal sunah pada zamannya.

Di Masjid Nabawi ia duduk di bekas tempat Umar RA di Raudhah, yakni tempat antara kubur Nabi SAW dan mimbarnya. Selanjutnya berkumpullah murid-muridnya dari segala penjuru untuk menimba ilmu dari sumber yang segar dan bersih, melegakan jiwa-jiwa yang haus akan ilmu.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement