Jumat 30 Nov 2018 14:27 WIB

Periode Sejarah Islam di Mozambik

Selama periode pertama, keberadaan Muslim terbatas di pantai.

Muslim Mozambik
Foto: Wikipedia
Muslim Mozambik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut S Von Sicard dalam Islam in Mozambique: Some Historical and Cultural Perspectives, sejarah Islam di Mozambik dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu:  pertama, abad ke-7 hingga 15 M. Kedua, abad ke-16 M hingga kemerdekaan Mozambik 1975. Ketiga, pascakemerdekaan.

Selama periode pertama, keberadaan Muslim terbatas pada pemukiman-pemukiman di wilayah pantai sepanjang Zambezi. Menurut Eduardo do Couto Lupi yang dikutip S Von Sicard, dua orang Muslim bernama Musa dan Hassan tiba di Pulau Mozambik.

Keduanya datang dari Kilwa dan menjumpai sejumlah Muslim yang telah mendahuluinya. Kedatangan itu disebut mwinyi (muinhe atau monhe dalam bahasa Portugis). Pada abad ke-13, Samudera Hindia merupakan laut Muslim, karena tingginya lalu lintas Muslim di sana, yang kemudian menjadi fondasi bagi keberadaan permanen Muslim di Mozambik.

Pada pertengahan abad ke-15, para pedagang Arab dan Swahili membangun serangkaian kesultanan Islam dan komersial yang juga bersifat permanen di sepanjang pantai Mozambik.

Baca: Islam Bersemi di Bumi Mozambik

Rekaman sejarah mengindikasikan bahwa pada peralihan abad ke-15 M, Sofala-terletak di selatan kota yang kini bernama Beira-dipimpin oleh seorang syekh. Sang syekh ditunjuk langsung oleh Sultan Kilwa (sekarang Tanzania). Terbentuknya daerah-daerah kantong (dengan pemimpin yang ditunjuk sultan) menandai dimulainya proses penggabungan Mozambik ke dalam dunia yang lebih luas secara kultural, ekonomi, dan agama.

Pada masa itu, Kepulauan Querimba atau Ilhas do Cabo Delgado memiliki bagian penduduk Muslim yang ikut serta dalam pembuatan kain bernama maluane. Kain tersebut dibuat dari sutra dan katun yang ditenun lalu dicelup dalam pewarna lokal.

Penetrasi penting Muslim lainnya adalah saat sebagian mereka berdagang dengan menempuh berbagai rute ke pedalaman dan berkembang di sepanjang Limpopo, Save, dan Lembah Rovuma. Pengaruh pesisir pada wilayah-wilayah tersebut ditandai oleh pemakaian kata-kata dari bahasa Swahili, seperti 'fumo' (yang berarti ketua), 'mwene' (kepala sub), dan 'mujoge' (pedagang Swahili). Bahkan, praktik Islam seperti khitan juga diterima dengan baik.

Perkenalan dan keberadaan Islam di Mozambik tidak berujung peperangan atau perubahan agama masif di bawah pedang, seperti yang terjadi di bagian tertentu Afrika. Islam diperkenalkan melalui perdagangan dan interaksi damai antara orang-orang Arab dan masyarakat lokal. Meski sesekali terjadi ketegangan dengan penjajah Portugis, Islam dapat hidup berdampingan dengan agama-agama tradisional, seperti Kristen, tanpa konflik yang berarti.

Von Sicard menyebutkan, berdasarkan laporan tahun 1789, Muslim yang menempuh perjalanan dari Angoche rajin menyebarkan keyakinan mereka. Abad ke-19 menjadi sebuah periode kebangkitan dan jihad yang tertolong oleh meningkatnya kontak melalui Samudera Hindia dan rute dagang menuju Afrika Tengah. Pada awal abad tersebut, diperkirakan telah terdapat sekitar 20 ribu Muslim di pedalaman pesisir Pulau Mozambik.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement