REPUBLIKA.CO.ID, Dunia kedokteran modern dan tradisonal yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW, belakangan kerap dibenturkan. Bahkan sebagian kalangan enggan menempuh jalur medis modern dengan beragam alasan.
Persoalan tersebut, ternyata telah mendera di banyak negara. Tak terkecuali Malasyia. Direktur pada Pusat Studi Ilmu Sains dan Lingkungan Institut Kefahaman Islam Malaysia (Institute of Islamic Understanding Malaysia/IKIM), DR Syekh Mohd Saifuddeen Syekh Mohd Salleh mengatakan sebagian orang memandang kedokteran modern adalah tidak Islami.
Sebagian dipengaruhi teori konspirasi yang menyebutkan bahwa obat modern adalah agenda jahat atau illuminati atau orang Yahudi yang hendak menghancurkan umat Islam.
Dia menyebutkan, di Malaysia, umumnya pasien terlambat datang ke dokter atau menunda mencari pengobatan setelah penyakitnya terdiagnosa. Untuk kasus kanker payudara, misalnya, diperkirakan hanya 20 persen pasien yang mencari pengobatan setelah didiagnosis dengan kanker payudara stadium I.
“Angka ini sangat rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat, di mana 48 persen pasien dengan kanker payudara Stadium I pergi untuk mencari pengobatan,” kata dia.
Padahal, kata Syekh Mohd, kemungkinan keberhasilan lebih tinggi ketika penyakit diobati di tahap awal. Sayangnya, sejumlah pasien lebih memilih mencari perawatan alternatif di tahap awal. Dalam banyak kasus, mereka hanya pergi ke dokter setelah kondisinya memburuk.
"Dengan demikian, sangat penting bahwa kita mengembangkan pola pikir untuk mencari perawatan pada tahap awal. Menunda perawatan akan merugikan pasien. Untuk mengembangkan pola pikir ini, pendidikan dan kesadaran adalah penting," kata Syekh Mohd Saifuddeen seperti dilansir New Straits Times, Jumat (16/11).
Dia mengatakan mengatakan, akan sangat disayangkan jika penyakit yang dapat dicegah dan diobati menjadi biasa hanya karena menolak mengambil langkah pencegahan, mencari pengobatan atau menyerah dan tidak melakukan apa-apa.
Karena itulah, dia mendorong umat Muslim agar berupaya menemukan obat dan pengobatan, dan tidak hanya duduk dan berharap bahwa penyakit itu akan hilang. Setelah melakukan upaya (dengan mencari perawatan), barulah umat Islam berada dalam keadaan tawakkal (berserah diri pada Allah).
Sementara itu, kata dia, obat modern dibuat di atas pengetahuan medis seperti yang dikembangkan oleh para cendekiawan Muslim di antaranya. Dalam buku Sejarah dan Peradaban Muslim, Ehsanul Karim menulis bahwa Ibn Sina menciptakan sistem pengobatan di mana praktik medis dapat dilakukan dan di mana faktor fisik dan psikologis, obat-obatan dan diet digabungkan.
Pembedahan modern tidak akan mungkin tanpa sumbangsih pikiran az-Zahrawi, yang dijuluki sebagai penemu pisau bedah, gergaji tulang, tang, gunting halus yang digunakan dalam operasi mata dan tali untuk jahitan internal.
Inokulasi juga bukan hal baru bagi umat Islam. Dua catatan pada 1714 dan 1716 menyoroti metode inokulasi yang digunakan dalam Kekaisaran Ottoman, yang kemudian diperkenalkan ke Inggris pada 1721 oleh Lady Mary Wortley Montagu, istri duta besar Inggris untuk Konstantinopel.
Syekh Mohd Saifuddeen menegaskan Muslim diperintahkan menemukan cara guna mengatasi setiap masalah dan kesulitan. Walaupun terasa sulit, tetap harus ada upaya memecahkan masalah.
Dia mengatakan pola pikir untuk tidak menyerah juga harus diterapkan ketika Muslim berusaha mengatasi penyakit. Dalam hadis riwayatkan Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada penyakit yang diturunkan oleh Allah kecuali bahwa Ia telah menurunkan penawarnya". Dia mengimbau umat Muslim tidak perlu menghindari pengobatan modern.