Selasa 13 Nov 2018 16:00 WIB

Hamba Kecintaan Allah

Dunia dan seisinya tidak berarti apa-apa dibandingkan cinta Allah

Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Feri Anugerah

Dunia dan seisinya tidak berarti apa-apa dibandingkan cinta Allah dan menjadi hamba kecintaan-Nya. Ibadah terasa semangat, hati diliputi keikhlasan, tidak pernah menyimpan dendam ke pada siapa pun sekalipun dia dizalimi, hanya mengadu kepada Sang Khalik apabila masalah hidup menghampiri, doanya di dengar dan dikabulkan langsung oleh Allah tanpa menunggu lama.

Itulah spesialnya menjadi hamba kecintaan Allah. Bahagia menjadi hamba, semua ibadah dan larangan-Nya tidak pernah sekalipun menjadi beban. Hamba tersebut mencintai Allah, Allah mencintainya, dan pasti doanya dikabulkan-Nya. Kita yang beriman sejatinya berha rap itu terjadi kepada diri kita tanpa harus menunggu lama.

Ketika Kota Madinah sedang dilanda paceklik berkepanjangan, ada seorang laki-laki saleh yang membaktikan dirinya di Masjid Nabawi. Ketika penduduk kota berdoa, laki-laki saleh ini menanam dua buah pohon kurma, lalu shalat dua rakaat, kemudian menengadahkan tangannya seraya berdoa kepada Allah, "Ya Allah, aku bersumpah atas nama Engkau. Karuniakanlah kepada kami hujan meski sebentar saja."

Dia terus berdoa dan menengadahkan tangannya. Hingga akhirnya, datang awan mendung di atas Kota Madinah, kemudian hujan pun turun. Bah kan, karena hujannya turun cukup deras, penduduk Kota Madinah khawatir karena ha lilintar yang menggelegar. Laki-laki saleh itu pun berdoa, "Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa hujan ini telah cukup untuk mereka, cukupkanlah hujan ini." Lalu, hujan pun seketika berhenti.

Kemudian, seorang bernama Muhammad ibn Suwaid mengikuti laki-laki saleh yang memanjatkan doa tadi hingga tempat perenungannya. Muhammad ibn Suwaid berkunjung kepadanya pada pagi hari. "Wahai Tuan Rumah," kata Muhammad. Tuan rumah men jawab, "Ya."

"Aku memiliki suatu keperluan kepadamu," ucap Muham mad ibn Suwaid. "Keperluan apakah itu?" jawab laki-laki itu. "Nasihatilah aku secara khusus tentang doa," kata Muhammad ibn Suwaid. "Mahasuci Allah! Engkau memintaku untuk memberimu sebuah nasihat khusus tentang doa?" jawabnya.

"Tentang apa yang telah engkau lakukan dan aku saksikan," kata Muhammad ibn Su waid menjawab. "Engkau melihatku?" tanya laki-laki itu. "Ya," jawab Muhammad ibn Suwaid. Laki-laki saleh itu menjelaskan, "Sesungguhnya aku hanya menaati segala yang Allah larang dan Allah perintahkan terhadapku. Kemudian, aku berdoa kepadanya dan Dia mengabulkan permintaanku."

Sungguh sangat istimewa. Kecintaan hamba kepada Allah dengan ikhlas pasti akan ber buah manis berupa terkabulnya doa dan permintaan. Bukankah kalau sudah cinta, apa pun juga ada serbamudah dan indah? Apalagi kecintaan kepada Allah yang hakiki akan berbuah kecin taan-Nya kepada kita. Lalu, apa yang sedang kita tunggu untuk mencintai Allah? Allah sudah begitu baik dan perhatian kepada kita. Tak ada yang menandingi kasih sayang dan kelembutan Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement