Senin 12 Nov 2018 14:12 WIB

Taluan Mehter Tahkimi Terdengar Hingga Eropa

Mehter tahkimi adalah salah satu mozaik sejarah musik Ottoman.

Ilustrasi marching band Ottoman
Foto: wikipedia.org
Ilustrasi marching band Ottoman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang tentara Prusia yang menemani Kaisar Polandia II Augustus saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Istanbul pada tahun 1700 kaget bukan kepalang ketika tuan rumah menggelar pertunjukan musik. Kekaisaran Ottoman mengeluarkan barisan orang berpakaian merah dan hijau dengan berbagai alat musik.

Sang prajurit heran dengan permainan musik resmi kerajaan Turki Usmani itu yang terdengar sangat asing di telinganya. ''Musik yang ribut luar biasa,'' kata sang tentara itu.

Barisan pembuat suara ribut itu adalah mehter tahkimi, kelompok musik Kekaisaran Ottoman yang mirip seperti marching band saat ini dengan alat musik drum dan simbal. Mehter berasal dari bahasa Persia yang berarti superior, mungkin ini bisa menjelaskan kepada sang prajurit Prusia mengapa suaranya harus luar biasa bising.

Mulanya sebutan mehter ditujukan untuk pegawai berpangkat tinggi. Namun, Sultan Alaudin yang memelopori pembentukan pawai musik ini menamai kelompok pemusik yang dibentuknya dengan nama mehterhane atau mehter tahkimi.

Musik mehter tahkimi dimainkan ketika Sultan Usmani I berdiri untuk menghormati Sultan Alaudin. Mehter tahkimi saat itu mulai menjadi simbol Ottoman. Para pemain musik mehter tahkimi merupakan para pejabat dekat sultan dan dibayar dengan gaji tingi.

Mehter tahkimi adalah salah satu mozaik sejarah musik Ottoman yang dimulai sejak 1299 M hingga berakhinya kekuasaan Ottoman pada 1923 M, sempat bergaung dari Timur Tengah hingga Eropa lebih dari 600 tahun lamanya. Penjelajah Turki Evliya Celebi mencatat Kekaisaran Ottoman memiliki 40 kelompok musik, penyanyi, dan komposer mehter.

Alunan suara mehter tahkimi terdengar di Eropa ketika Ottoman menaklukkan Kota Konstantinopel pada 1453 M hingga dilanjutkan dengan ekspansi militer ke Eropa Selatan dan Eropa Timur sampai 1699 M. Pada masa yang disebut dengan Perang Turki itu, Ottoman yang berusaha memperluas kekuasaan mereka ke Eropa membawa serta mehter tahkimi dalam setiap pertempuran untuk menyemangati prajuritnya. Akibatnya, Eropa pun mulai akrab dengan simbal dan drum bertalu-talu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.

Mehter tahkimi terdiri atas tujuh hingga sembilan pemain yang masing-masing memegang instrumen musik. Pada setiap penampilan mehter tahkimi, pemain wajib untuk selalu membawa çevgan yaitu pembawa logam bulan sabit besar yang dihiasi lonceng. Suara gemerincing lonceng yang dibawa çevgan turut menghidupkan suasana alunan musik mehter tahkimi.

Antoine Galland, Penerjemah kisah Seribu Satu Malam ke dalam bahasa Prancis, sangat terkesan dengan alunan musik yang sudah identik dengan militer Turki itu ketika ia berkesempatan mengunjungi Konstatinopel, nama lama Istanbul, tahun 1672 M-1673 M. ''Yang menggetarkan adalah gemuruh simbal yang ditalu,'' kata dia.

Mehter tahkimi selama ratusan tahun telah dimainkan untuk menyemangati pasukan infanteri Ottoman, terutama tentara Janissari yang awalnya direkrut dari orang luar Turki. Hari ini, musik mehter tahkimi menjadi lagu kebanggaan nasional di Turki.

Mehmet Ali Sanlikol menulis dalam bukunya The Musician Mehters bahwa mehter tahkimi lebih dari sekadar lagu perang. Bagi musisi rock dan jazz Turki modern itu, suara ribut yang dihasilkan mehter tahkimi bagaikan alunan nada Led Zeppelin, Herbie Hancock's Headhunters, dan James Brown.

Sebagai pawai musik resmi negara, mehter tahkimi yang bersuara ribut itu mempunyai tugas rutin untuk membangunkan orang-orang di pagi hari dan memberikan pertunjukan musik di istana pada malam hari. Mereka mendampingi aktivitas sultan Ottoman dan menghibur tamu negara pada upacara atau perayaan dan juga mengiringi keberangkatan mereka yang berhaji ke Makkah.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement