REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pertunjukan di panggung, sawt dipimpin oleh seorang penyanyi yang tampil sembari memainkan gitar Arab bersenar enam dan diiringi setidaknya satu gendang kecil yang disebut mirwas atau marawis. Selebihnya, pemain sawt akan melibatkan partisipasi dari para penonton.
Penonton tidak hanya mendengarkan, mereka juga bisa mengiringi nyanyian dan bermain dengan tepukan tangan yang berirama. Yang memimpin lagu memang penyanyi, tetapi setiap orang yang hadir juga mengambil bagian dengan bertepuk tangan, menyanyi seperti paduan suara, dan bahkan menari.
Setidaknya ada dua cara untuk mendengar musik sawt, bisa secara pribadi dan bisa pula bersama-sama. Kalangan puritan biasanya akan mengundang teman-temannya secara pribadi ke rumah atau ke sebuah club houseuntuk mendengarkan sawt. Namun, pada umumnya yang mendengarkan ini adalah kaum pria.
Pertunjukan sawt seperti itu sering berlangsung hingga larut malam. Segala macam pembicaraan langsung mereda saat lagu dimulai. Biasanya, semua orang kenal dengan lagu-lagu yang sedang dimainkan. Ketika penonton ikut me nyanyi, menari dan bertepuk tangan, seakan tidak ada perbedaan antara pemain dan penonton.
Sebuah lagu sawt dimulai dengan pembuka instrumental diikuti oleh frasa pendek yang dinyanyikan secara berulang.
Baca: Mengenal Sawt, Blues Ala Timur Tengah
Liriknya mengekspresikan tentang kegalauan hati dengan bahasa yang luhur dan puitis. Seperti halnya lirik yang dikutip dari laman Aramcoworldberikut ini: Dia dahan pohon yang berubah menjadi emas ketika kekasihku menyen tuhnya, dan membungkuk rendah dalam ketidakhadirannya.
Lirik itu ditulis pada 1932 di Basra, Irak oleh Muhammad bin Faris dari Bahrain.
Dalam beberapa tahun terakhir, di bawah Departemen Warisan Budaya di negara-negara Teluk, konser sawt mulai digelar di ruang-ruang pertunjukan publik yang terbuka untuk semua orang.
Di Bahrain, misalnya, pertunjukan paling sering digelar pada Kamis malam di Audi torium Pusat Kebudayaan dan Penelitian Syaikh Ebrahim bin Mohammed al-Khalifa.
Sebuah grup musik bernama En semble Muhammad bin Faris kerap membawakan lagu-lagu dari tradisi sawt ini.
Grup ini juga kerap mengadakan tur internasional. Mereka terdiri atas penyanyi, pemain gitar Arab, violin, pemain qanun, piano elektrik, ney(seruling kayu), dan gendang.
Dengan semua instrumen itu, permain an sawtakan sangat berbeda dari apa yang mungkin Anda dengar dalam pertemuan pribadi atau majelis. Sebab, tujuan dari grup musik ini adalah untuk men jaga tradisi sawtdengan cara memodernisasinya. Namun, sebagian besar lagu yang dimainkan tidak jauh berbeda dengan lagu para pemain sawtdi majelis.