REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski lahir di Kuwait, musik ini akhirnya memengaruhi seluruh wilayah Teluk dan Samudera Hindia. Jika Anda berkesempatan naik taksi di Doha, Anda mungkin akan mendengar musik khas Arab yang dipancarkan salah satu stasiun radio di sana, Sawt al-Khaleej.
Siaran radio ini paling populer di ibu kota Qatar itu, sehingga orang-orang menjulukinya Voice of the Gulf. Julukan itu rasanya sangat tepat untuk jaringan radio yang ingin menarik pendengar dari seluruh dunia Arab ini.
Ya, karena musik yang diperdengarkan radio ini adalah sawt, yaitu seni musik dan seni suara khas Arab. Layaknya blues Amerika, sawtmenampilkan lirik-lirik tentang kerinduan, cinta, dan kesedihan.
Tak hanya itu, liriknya kerap pula berisi doa dan puji-pujian kepada Tuhan agar terbebas dari penderitaan. Namun, tanpa memahami liriknya sekalipun, akan mudah bagi pendengar non-Arab untuk mengenali bahwa ini adalah musik yang sangat menyentuh hati.
Sawt muncul pada akhir abad ke-19 yang digagas oleh seorang seniman dari Kuwait bernama Abdallah al-Faraj. Ia wafat pada 1903 M. Para musisi Timur Te ngah kemudian meniru dan mengembangkan gaya musiknya, terutama ketika industri rekaman baru saja muncul di kawasan itu.
Sawt merupakan jenis musik yang kemudian populer pada abad ke-20 dan tersebar melalui rekaman, pengajaran, juga pertunjukan. Musik ini dengan mudah menarik pendengar dari Barat. Bahkan, mereka menyebutnya blues of Arabia (blues dari Arab).