Rabu 24 Oct 2018 19:49 WIB

MUI Peringatkan Bahaya Dusta dan Benci

Saat ini dusta dan kebencian telah menjadi suatu kebiasaan dan kewajaran.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
KH. Didin Hafidhuddin
KH. Didin Hafidhuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar rapat pleno ke-32 bersama ketua dari berbagai organisasi Islam di Gedung MUI Pusat, Jakarta. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Didin Hafidhuddin menjelaskan, pertemuan ini dengan tema bencana, dusta, dan benci ini dilakukan untuk mengevaluasi beberapa kejadian yang terjadi beberapa waktu belakangan. 

Didin menganggap, segala macam permasalahan yang terjadi berawal dari timbulnya rasa benci dan perkataan dusta. Dia mengatakan, saat ini dusta dan kebencian telah menjadi suatu kebiasaan dan kewajaran, ditambah keberadaan sosial media yang menjadi wadah pemudah penyebaran dusta dan ujaran kebencian. 

“Ini jelas memprihatinkan, maka kita coba bagaimana supaya kedua hal ini tidak menjadi life style,” kata Didin seusai rapat pleno ke 32 di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Rabu (24/10). 

Marak terjadinya bencana, menurut Didin, juga dapat disebabkan dari kebisaan berdusta dan membenci. Karena sejatinya, dusta dan benci dapat mengundang kemurkaan Allah SWT. Didin menjelaskan, Rasulullah SAW juga selalu mengingatkan untuk selalu menjauhi perbuatan dusta, karena dusta dapat menjauhkan seseorang dari iman. 

 

Solusi yang dapat dilakukan, kata Didin, dapat melalui sosialisasi dan langkah kongkrit untuk membiasakan masyarakat menjauhi perkataan dusta dan ujaran kebencian. Ini, lanjut dia, dapat dimulai dari para ulama, kiai, pimpinan atau pejabat, dan pemerintah untuk memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. 

“Pemerintah atau siapapun kalau mengatakan suatu, maka harus disertai fakta. Karena, masyarakat sekarang sudah pintar dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang dusta,” kata Didin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement