Ahad 21 Oct 2018 16:11 WIB

Hari Santri Bentuk Pengakuan Negara Atas Kontribusi Santri

Makna terpenting Hari Santri bagi Persis yakni pengakuan negara atas kontribusi ulama

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Santri (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Santri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ormas Persatuan Islam (Persis)  mengapresiasi ditetapkannya Hari Santri Nasional sebagai bentuk pengakuan negara atas kontribusi kaum santri kepada bangsa. Wakil Ketua Umum PP Persis Jeje Zaenuddin mengatakan, ditetapkannya Hari Santri oleh pemerintah Indonesia sejak tiga tahun lalu tentu saja patut diapresiasi. "Karena bagaimanapun itu sebagai bentuk pengakuan formal negara atas eksistensi dan kontribusi kaum santri kepada bangsa dan Negara," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (21/10).

Ia menambahkan, makna terpenting Hari Santri bagi Persis adalah pengakuan negara atas kontribusi besar para ulama dan kaum santri dalam ikut memperjuangkan, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia. "Oleh sebab itu, pengakuan yang penting itu meniscayakan adanya kejelasan sikap dan kebijakan negara yang menunjukan komitmen menjadikan nilai-nilai juang ulama dan moralitas santri sebagai spirit moralitas kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.

Baca Juga

Disinggung mengenai pentingnya Hari Santri Nasional dijadikan acara tahunan yang diperingati oleh pemerintah maupun lapisan masyarakat, ia menyerahkan kepada internalisasi masyarakat terhadap substansi hari santri yang diperingati itu. Sebab, dia menambahkan, jika merasa puas dengan sebatas hiruk pikuk, sorak sorai, keramaian-keramaian dengan pergelaran saja, maka Hari Santri hampa dari penghayatan atas nilai-nilai substantif dan spirit yang melatar belakanginya.

"Kami memandang pergelaran-pergelaran seperti itu hanya hiruk pikuk dan tidak memberi manfaat yang signifikan. Maka kami merasa kurang tertarik untuk mengikutinya," katanya.

Artinya, dia melanjutkan, nasib Hari Santri sama dengan hari-hari lainnya yang hanya akan semarak dalam perayaan peringatannya. Tapi hampa dari substansi dan internalisasi spiritnya, yaitu menjadikan moralitas agama sebagai pemandu perjuangan memajukan dan menyejahterakan bangsa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement