Selasa 16 Oct 2018 16:21 WIB

Hukuru Miskiiy Masjid Batu Karang

UNESCO menyebut masjid Hukuru Miskiiy sebagai situs paling terawat di Maladewa.

Male Hukuru Miskiiy, Masjid Agung Maladewa

Pada 1675 dan 1676 dilakukan pembangunan menara masjid dan gerbang utama masjid di sebelah selatan. Pembangunan masih dilakukan Sultan Ibrahim Iskandhar yang memimpin Maladewa sejak 1648 hingga 1687.

Dua abad setelah itu, tepatnya 1912 M, Sultan Mohamed Shamsuddheen III melakukan perbaikan dan mengganti atap masjid yang terbuat dari jerami dengan seng. Perbaikan itu juga dilakukan dengan mereno vasi menara masjid pada 1914.

Pada 1964, gerbang selatan Hukuru Miskiiy dirobohkan. Kasau (pokok yang dipasang saling melintang sebagai rusuk) penyangga atap bangunan masjid diganti kayu jati dan atapnya yang terbuat dari seng diganti lembaran serupa yang terbuat dari aluminium.

Terakhir, pada 1988, Pemerintah Maladewa memulai pekerjaan konservasi Hukuru Miskiiy. Pekerjaan yang melibatkan bantuan profesional dari Pemerintah India itu dilakukan dengan meminimalisasi dampak perubahan dan memaksimalkan retensi nilai warisan pada masjid tersebut.

photo
bagian dalam masjid Tua Maladewa

Hasilnya, kekayaan budaya masa lalu Maladewa di balik dinding-dinding karang Hukuru Miskiiy tetap terjaga hingga sekarang. Arsitektur masjid berusia 353 tahun itu seolah mampu menceritakan masa peralihan Maladewa menuju Islam sekaligus menyajikan karya seni Maladewa yang tak usang seiring umur bangunan yang terus menua.

Terlepas dari sejumlah penggantian beberapa bagian bangunan, Hukuru Miskiiy tidak berubah sehingga WHC UNESCO menyebutnya sebagai situs paling terawat di Maladewa. Batu karang menjadi badan utama masjid, tetap seperti saat pertama dibangun pada abad ke-17 M. Bahkan, bagian-bagian yang dilapisi pernis masih bertahan dalam kondisi yang sangat baik.

Secara keseluruhan, masjid dengan perimeter 199 kaki persegi (�} 60,65 meter persegi) itu dibangun dengan dua bahan utama. Batu karang digunakan untuk membangun dinding, pilar, lantai, serta beberapa dekorasi interior dan eksterior masjid. Sedangkan, gabungan bahan kayu, seperti kayu cordia, jati, kayu kelapa, cendana, dan kayu merah, digunakan untuk membangun struktur atap dan bingkai jendela.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement