REPUBLIKA.CO.ID, TABUK -- Benteng Al-Muazzam, yang terletak di wilayah Tabuk, melambangkan detail arsitektur Islam. Bangunan ini juga mencerminkan minat akhir zaman Islam dalam melayani peziarah di jalur Levant.
Benteng tersebut disampaikan didirikan pada tahun 1031 H atau 1622 M, sebagai tempat istirahat jamaah haji dan umroh. Selain itu, keberadaannya juga berfungsi sebagai markas barak militer, untuk mengamankan jalan ke dan dari Madinah dan Makkah.
Luas total situs bersejarah ini adalah 10 ribu meter persegi. Adapun dindingnya, yang dibangun dalam bentuk persegi panjang, menyimpan kenangan selama lebih dari empat abad.
Dilansir di Arab News, Rabu (10/5/2023), tepat di bagian tengah benteng, dilaporkan terdapat halaman luas yang dikelilingi oleh ruangan, tangga, dan lorong atas.
Batu-batu halus digunakan untuk membangun benteng, yang memiliki dua dan di atasnya ditutup dengan dinding pelindung setinggi koridor bagian dalam. Keempat fasadnya tidak memiliki jendela, kecuali bukaan kecil yang pernah digunakan untuk mempertahankan benteng.
Di lingkungan benteng ini juga terdapat kolam Al-Muazzam dan stasiun kereta api Hijaz. Batu berukir kuning kemerahan digunakan untuk membangun benteng, yang menyandang empat prasasti pondasi.
Tidak berhenti di situ, bangunan ini juga memiliki pintu masuk besar khas Al-Muazzam Fort, yang mana ini mencakup lengkungan dan bukaan pertahanan.
Benteng tersebut dikunjungi oleh banyak pelancong dan penjelajah terkenal, termasuk Julius Oetting dari Jerman pada tahun 1301 H atau 1884 M. Kehadirannya didampingi oleh Charles Huber dari Prancis dan didokumentasikan dalam buku A Journey in the Arabian Peninsula.