REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Direktur Penerangan Agama Islam, Bimas Islam Kementerian Agama, Khoiruddin mengatakan, selama ini Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional telah banyak melahirkan hafiz-hafizah di Indonesia. Namun, menurut dia, para hafiz tersebut masih belum diberdayakan secara maksimal.
Karena itu, dia mengimbau kepada Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) dan pemerintah di daerah untuk memperdayakan para hafiz tersebut. Termasuk para peserta yang mengikuti MTQ ke-27 yang di gelar di Medan tahun ini.
"Saya mengimbau kepada Ketua LPTQ dan para gubernur dan semuanya, gunakanlah para hafiz ini untuk menjadi imam di masjid-masjid pemerintah dan masjid-masjid lainnya yang ada di daerahnya," ujar Khoiruddin saat berbincang dengan Republika.co.id di sela-sela kegiatan MTQ Nasional 2018 di Medan, Jumat (12/10).
Ketua Panitia Pusat MTQN 2018 ini menuturkan, dengan adanya MTQ ini Indonesia telah banyak memiliki sumber daya manusia (SDM) yang hafal Alquran 30 juz. Karena itu, kata dia, pemerintah daerah perlu memberdayakannya dengan cara menjadikan imam di masjid Agung, Masjid Raya, ataupun masjid Jami'.
"Berdayakanlah mereka untuk minimal menjadi imam dengan honor minimal UMR daerah. Jadi perlu memperdayakan para hadiz ini karena sangat banyak," ucapnya.
Selama ini, tambah dia, memang ada hafiz-hafiz yang telah diberdayakan. Bahkan, ada yang dikirim ke luar negeri untuk menjadi imam masjid. Namun, kata dia, pemberdayaan hafiz yang dilakukan selama ini masih kurang maksimal. "Selama ini belum maksimal memberdayakan hafiz. Nah, sekarang ini perlu gerakan memberdayakan para hafiz-hafizah dan qori dan qoriah nasional untuk mengembangkan masjid-masjid yang ada di Indonesia," kata Khoiruddin.