REPUBLIKA.CO.ID, MAIDUGURI -- Kelompok militan Boko Haram disebut telah membuat banyak Muslim, khususnya di Borno, Nigeria meninggalkan keyakinan mereka. Sebuah media lokal Afrika melaporkan pada Jumat (5/10), tak sedikit yang terpengaruh untuk pindah dari Islam.
“Setelah satu dekade pertempuran terjadi, banyak orang di Maiduguri yang khawatir dan ketakutan atas tindakan brutal Boko Haram yang membawa nama Islam,” ujar laporan yang ditulis African Argument, Jumat (5/10).
Salah satu warga Borno bernama Ibrahim Suleiman mengatakan kekerasan yang dilakukan Boko Haram membuat ia yakin kelompok militan tersebut sangat buruk bagi Islam. Menurutnya, hal itu membuat perpecahan dan menyebarkan kebencian diantara orang-orang.
“Orang-orang kini memboikot masjid, mereka takut dengan serangan bom, namun mereka juga tak lagi mempercayai para pemuka agama seperti sebelumnya,” ujar Suleiman.
Pemberontakan Boko Haram telah berkecamuk sejak 2009. Setidaknya, 30 ribu orang telah tewas akibat kebrutalan kelompok militan tersebut. Diantara jumlah tersebut, 20 ribu orang berasal dari Borno.
Dalam sebuah data tahunan Amerika Serikat (AS) tentang kegiatan teroris di seluruh dunia, Boko Haram disebut sebagai kelompok militan yang paling mematikan di dunia pada tahun lalu. Kelompok ini bertanggung jawab atas 276 serangan yang menewaskan 1,287 orang dan melukai 949 lainnya.
Dalam tulisannya, African Argument juga mencatat di tempat kelahiran Boko Haram, semangat keagamaan telah meredup setelah bertahun-tahun kekerasan berkecamuk. Kehadiran warga Muslim di acara-acara agama menurun.
Meski demikian, sebaliknya pendaftaran di sekolah meningkat. Hal ini dilihat sebagai reaksi terhadap Boko Haram yang menolak sistem pendidikan formal.
“Sekarang banyak orang ingin menempuh pendidikan, banyak orang yang mendaftar,” ujar kepala di sebuah sekolah swasta Islam di Maiduguri, Suleiman Aliyu.
Boko Haram memiliki arti ‘Pendidikan Barat adalah Dosa’. Namun, banyak orang, menurut Aliyu yang kini sadar mereka tertipu.
Aliyu mengatakan banyak anak muda tak lagi mendengarkan ceramah terkait Boko Haram. Mereka sadar agama tidaklah harus dilakukan dengan kekerasan.
African Argument juga mencatat bahwa penjualan literatur Islam menurun seiring dengan kehadiran acara keagaamaan. Dengan berbagai cara ini, warga di Borno berusaha menunjukkan mereka menolak ajaran Boko Haram.
Sebagian ulama yang berpikiran reformis telah mengambil sikap menentang kelompok tersebut. Mereka merangkul ide semacam regulasi untuk memastikan gerakan serupa Boko Haram tak pernah diizinkan.
“Para ulama saat ini merangkul ide semacam regulasi untuk memastikan gerakan serupa tidak pernah diizinkan untuk memegang - merombak pendekatan laissez faire saat ini di mana pemerintah tidak memiliki kendali atas 300 masjid di Maiduguri, tempat khutbah Jumat disampaikan," tulis African Argument.