Sabtu 29 Sep 2018 18:00 WIB

ACT Kirim 50 Relawan ke Palu dan Donggala

Relawan telah menempuh perjalanan darat selama 20 jam dari Makassar.

 Foto yang disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) menunjukkan sebuah pusat perbelanjaan yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 yang melanda di Donggala, Sulawesi Tengah,Jumat (28/9).
Foto: EPA-EFE/ BNPB
Foto yang disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) menunjukkan sebuah pusat perbelanjaan yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 yang melanda di Donggala, Sulawesi Tengah,Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lembaga Filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengerahkan 50 relawan ke Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah yang telah diguncang gempa bumi dan tsunami pada Jumat (28/9). Relawan telah menempuh perjalanan darat selama 20 jam dari Makassar.

Kepala Cabang ACT DIY, Agus Budi Haryadi mengatakan puluhan relawan ACT terpaksa menempuh perjalanan darat karena saat pemberangkatan bandara di Palu masih ditutup. Setelah tiba di Palu dan Donggala, mereka langsung berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan pemetaan aksi kedaruratan.

"Untuk sementara relawan yang dibutuhkan memang masih tenaga medis dan rescue untuk membantu evakuasi. Relawan yang diberangkatkan juga masih berasal dari wilayah Banjarmasin, Makassar, dan Samarinda. (Relawan) dari Jawa masih menunggu kebutuhan selanjutnya," kata dia.

Meski telah mengerahkan bantuan relawan ke Palu dan Donggala, menurut Agus, hingga saat ini sebagian besar relawan ACT juga masih terus menjalankan berbagai aksi kemanusiaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Peristiwa kedaruratan luar biasa di Palu, tidak lantas membuat kami meninggalkan Lombok. Banyak masyarakat yang mengangap kondisi di Lombok sudah baik padahal belum," kata Agus.

Menurut Head of Partnership ACT DIY Bagus Suryanto, kondisi di Lombok hingga saat ini masih belum berubah. Sebagian besar korban bencana di Lombok, masih membutuhkan bantuan beragam fasilitas sandang, pangan, dan tempat tinggal.

"Sampai sekarang masyarakat di Lombok masih tinggal di tenda-tenda darurat dan tendanya pun tidak layak karena sebagian besar bangunan di Lombok sudah hancur. Satu tenda bahkan terpaksa ditempati 10 kepala keluarga (KK)," kata Bagus.

Bagus mengatakan meski tidak lagi melakukan upaya penyelamatan dan evakusi, saat ini relawan ACT di Lombok terus berfokus melanjutkan bantuan kesehatan, trauma healing, pemenuhan kebetuhan pangan, serta berbagai upaya pemulihan pascagempa seperti pembangunan fasilitas rumah darurat, sekolah darurat, dan masjid darurat.

Ia menyebutkan dari 417.529 jiwa pengungsi di Lombok, ACT baru mampu memberikan bantuan 12 ribu porsi makanan setiap hari dari 143 dapur umum yang sudah ada sejak 29 Juli 2018.

"Setelah gempa berkali-kali, sumber air di Lombok juga menjadi tertutup sehingga sulit menemukan air. Selain itu malaria dan penyakit kulit juga banyak menimpa pengungsi di sana," kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement