Kamis 27 Sep 2018 18:51 WIB

Tiga Hal yang Harus Jadi Perhatian Ulama Alquran

Bagaimana agar tafsir Alquran bisa direalisasikan dalam kehidupan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
KH Cholil Nafis
Foto: ROL/Fakhtar K Lubis
KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) telah selesai menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Alquran di Bogor, Kamis (21/9). Mukernas yang digelar selama tiga hari itu menghasilkan tujuh poin rekomendasi untuk dilakukan ke depannya.

Namun, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis mengatakan bahwa ada tiga hal yang juga perlu menjadi perhatian ulama Alquran ke depannya. Sehingga  Alquran bisa dimaknai lebih mendalam, Alquran bisa menjawab tantangan, dan Alquran bisa menjadi landasan dalam berperilaku kehidupan.

Baca Juga

"Jadi tiga hal yang perlu menjadi perhatian ulama Alquran yang berkumpul di sana, yaitu bagaimana tafsir Alquran bisa direalisasikan dalam kehidupan ini, Alquran bisa dimaknai lebih mendalam, dan Aquran bisa menjawab tantangan zaman," ujar KH Cholil saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, Kamis (27/9).

KH Cholil menuturkan, hal pertama yang harus disikapi ulama Alquran adalah tentang banyaknya orang yang berbondong-bondong belajar menghafal Alquran di rumah tahfidz. Namun, mereka belum diarahkan untuk mengerti tentang makna Alquran, sehingga ilmunya tidak teraplikasikan dalam kehidupan. "Karena nanti akan kurang teraplikasi meskipun dia hafal Alquran, percuma mana kalau tidak mengerti makna Alquran. Dan kecenderungan ini sepertinya ada gejalanya," ucapnya.

Menurut dia, orang yang menghafal Alquran mungkin akan mendapat pahala. Namun, kata dia, tidak akan bisa untuk menjawab tantangan zaman. "Yang kedua, yang perlu diatasi adalah bagaimana orang-orang yang sekarang ini masih melihat Alquran dari terjemah. Karena itu, bagaimana kita kedepannya bisa mengarahkan ke tafsirnya. Karena terjemah beda dengan tafsir," katanya.

Dia mengatakan, terjemahan Alquran belum bisa mewakili arti dari Alquran, sehingga dapat membuat orang justru salah paham terhadap makna Alquran yang sebenarnya. "Dan kadang-kadang pemaknaan bisa jadi menyimpang dari yang dikehendaki agama Islam," jelasnya.

Sementara, hal ketiga yang juga perlu menjadi perhatian ulama Alquran ke depannya adalah tentang masih banyaknya masyarakat Muslim Indonesia yang buta huruf Alquran. "Ketiga, buta huruf Alquran itu masih 65 persen menurut survei dari teman-teman PTIQ. Buta huruf Alquran ini menjadi tanggung jawab kita," kata Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah Depok ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement