REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalan dakwah yang dilalui Ustaz Abdul Somad tidak jarang menemui kendala-kendala tertentu, mulai dari intimidasi, persekusi, dan bahkan fitnah. Mubaligh kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara itu mengakui baru-baru ini diterpa pelbagai isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Di antaranya berupa tudingan lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) ini meminta dana besar agar bersedia mengisi jadwal ceramah.
“Mereka memfitnah saya minta honor besar dan lain-lain. Buat pertanyaan, ‘Apakah pakai manajemen? Ada tim survei? Berapa orang bawa tim? Tiket (pesawat terbang) mesti business class? Mesti Garuda? Hotel mesti bintang lima? Jamaah mesti banyak? Pakai DP (down payment, uang muka)? Tarif khusus?’” kata Ustaz Abdul Somad saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (26/9), tanpa menyebutkan siapa nama yang dimaksud dengan “mereka.”
Lulusan S-2 Darul Hadis (Maroko) itu menegaskan tidak pernah menjadikan dakwahnya lahan komersil. Sampai saat ini, jadwalnya berceramah sudah penuh hingga akhir Juli 2020. Seluruh acara tabligh yang telah, sedang, dan akan dihadirinya merupakan tempatnya berdakwah, menyambung tali silaturahim, serta membahas macam-macam persoalan keumatan dewasa ini.
“Saya jadwal full sampai akhir Juli 2020. Saya tidak pernah minta DP. Tidak pernah menentukan tarif. Tidak minta tiket bisnis, hotel VIP. Tidak ada tim survei,” kata dia.
“Klarifikasi ini jelas. Jangan fitnah saya lagi karena beberapa orang yang fitnah saya, saya kasihan menengok nasibnya,” ujar Ustaz Abdul Somad.
Dosen UIN Syarif Kasim Riau itu mengenang satu kasus yang terjadi di Medan, Sumatra Utara. Diungkapkannya ada orang-orang tertentu yang membuat kesan seolah-olah Ustaz Abdul Somad mengomersilkan dakwah. Untuk menghindari isu yang tidak sedap, dia bahkan melepas dana ratusan juta rupiah.
“Tiba-tiba Masjid Baiturrahman mengaku diminta Rp 30 juta, Persatuan Entrepreneur Muslimah (dimintai dana) Rp 30 juta. Tirtanadi (dimintai dana) Rp 60 juta. Maka ketiga lembaga ini saya undang. Saya kembalikan Rp 110 juta,” jelas.
Peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 ini menekankan tidak memilah-milah pihak pengundang. Seperti diisyaratkan dalam sebuah hadits, ulama merupakan pewaris Nabi SAW. Salah satu sifat Rasulullah SAW yang sudah selayaknya ditiru adalah tabligh, menyampaikan risalah kebenaran kepada khalayak.
“Mau masjid, mushala, dan lain-lain (yang mengundang), saya datang. Pernah undangan Sultan Perak tidak saya hadiri. Istri Sultan Brunei, (undangannya) pernah tidak saya hadiri. Saya pegang janji (memenuhi undangan yang telah disanggupi),” ujar dai berusia 41 tahun itu.