REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdiri di lahan seluas satu hektare, Masjid Agung Paris menjadi masjid termegah dan terindah di Prancis. Setiap bagian yang terdapat pada masjid tampak memancarkan keindahan secara permanen.
Sehingga, membuat masjid ini betah dan enak dipandang lama-lama. Meski hanya melihat masjid di bagian luarnya, mata sudah terasa dimanjakan oleh dekorasi menawan seperti yang terdapat pada kubah dan menara.
Masjid yang terletak di Arondisemen Ve ini didirikan setelah Perang Dunia I sebagai tanda terima kasih Prancis kepada serdadu Muslim dari koloni yang turut berperang melawan Jerman. Lantaran keberadaannya menjadi simbol negara, masjid ini diresmikan langsung oleh Presiden Gaston Doumergue pada 15 Juli 1926.
Masjid Agung Paris
Syekh Ahmad al-Alawi, sufi asal Aljazair pendiri Tarekat Sufi Darqawiyya Alawiyya, cabang dari Syadziliyah, didaulat sebagai imam masjid pertama. Masjid Raya Paris saat ini dipimpin oleh mufti Dalil Boubakeur yang juga menjabat sebagai presiden Dewan Muslim Prancis yang dibentuk pada 2002.
Eksterior
Kubah dan menara yang menjulang tinggi sebagai simbol kelaziman masjid seakan menjadi oase di tengah-tengah dominasi agama setempat. Keelokannya menembus pemandangan 'atap' Kota Paris terlihat jelas dari Stasiun Place Paris yang berjarak hanya beberapa meter.
Grande Mosque de Paris, demikian warga setempat menyebut Masjid Agung Paris ini, memiliki dua kubah dengan bentuk yang berbeda. Kubah pertama warnanya putih berbentuk seperti pada umumnya bulat. Posisinya berada di atas samping bangunan masjid.
Sementara, kubah kedua bentuknya kerucut, tingginya kurang lebih lima meter yang diperindah dengan balutan warna hijau. Letaknya tepat di tengah bangunan masjid bak panglima tiap bagian masjid.
Taman di kompleks Masjid Raya Paris, Prancis.
Bagian lain yang akan membuat kita cukup terkesima pada masjid yang konsep pembangunannya mengikuti gaya mudejar (gaya arsitektur khas Muslim Spanyol Abad Pertengahan) adalah menaranya. Menara ini memiliki struktur paling tinggi di antara unsur bangunan lain pada masjid.
Menara yang terinspirasi dari Masjid al-Zitouna di Tunisia ini tingginya sekitar 33 meter. Ada beberapa ukiran di badannya yang membuat menara berbentuk segi empat ini terlihat sangat artistik.
Corak warna dasar dan lapisan keramik hijau toska ini menjadi pendukung keindahan menara tersebut. Pada keramik-keramik tertata di dinding yang berwarna abu-abu. Di dalam bangunan menara terdapat sebuah tangga yang menuju bagian puncak menara. Di tempat itulah kita akan melihat keindahan bangunan yang ada di sekitarnya.
Dinding masjid ini keseluruhannya menggunakan warna putih bersih, hanya kubah dan menara yang catnya berbeda, dia memilih warna hijau-biru dan warna gading. Meski kontras, tetap menjadi sebuah paduan warna yang selaras.
Interior
Untuk menuju ke dalam masjid, kita mesti melewati pintu gerbang utama. Setelah itu, kita akan melihat dominasi arsitektur moor, sebutan lain untuk Muslim Spanyol Abad Pertengahan, di setiap hiasan yang ada di dalam masjid. Isi ruangan yang kerap dengan unsur-unsur kesenian modern dan klasik ini tertata apik di dalam masjid. Mulai yang terlihat jelas sampai yang tersembunyi, semuanya memancarkan keindahan.
Dinding Masjid Raya Paris, Prancis.
Bagian dalam masjid ini terinspirasi dari Masjid Al-Qaraouiyyin yang terletak di Kota Fés, Maroko. Seluruh bagian dekorasi dibuat oleh pengrajin dari Afrika Utara dengan menggunakan bahan-bahan tradisional dari negara yang sama. Misalnya, pahatan kayu, batu mosaik, bahkan di ruang kamar mandi dilengkapi dengan batu marbel dari Turki.
Dan, yang paling mengesankan ketika ada di area masjid adalah selasarnya yang lantainya menggunakan keramik warna hijau dengan corak bergelombang. Jika dilihat dari kejauhan, lantai ini seperti air yang bergoyang-goyang di danau lepas.
Pilar-pilar yang berdiri berkelompok yang tertanam di ruang utama masjid juga tidak lepas dari perhatian mata. Meski berkelompok antara pilar satu dan pilar lainnya saling menyambung, hanya dibatasi ceruk setengah lingkaran dengan profil-profil menonjol di bagian ujung tiang sebagai penguat penyangga.
Saat ini, Masjid Agung Paris bukan hanya sebagai pusat ibadah Muslim di Prancis, melainkan juga sebagai pusat Islam di Eropa. Mengingat, di seluruh Prancis sendiri hanya terdapat 121 masjid yang layak. Jumlah ini sangat sedikit mengingat jumlah Muslim Prancis mencapai empat juta jiwa.
Interior Masjid Raya Paris, Prancis.
Karena terletak di kota wisata internasional, Masjid Paris ini juga sering kali dikunjungi oleh banyak wisatawan setiap tahunnya. Selain menikmati arsitekturnya yang indah, juga sebagai tempat untuk menikmati sajian khas Timur Tengah, yaitu kuskus yang lezat dengan ditemani dengan teh panas rasa mint. Masjid semakin lengkap dengan fasilitas ruang penunjang, seperti madrasah, perpustakaan, ruang pertemuan, restoran, kedai teh, dan toko perlengkapan Muslim.N C62 ed: nashih nashrullah
Pada era Perang Dunia II ketika Nazi menguasai Prancis, masjid ini juga berfungsi sebagai tempat berlindung warga Muslim yang tinggal di Prancis dan warga Prancis lainnya. Bahkan, pernah pada masa itu tentara separatis anggota France-tireurs Partisan (FTP) keturunan Aljazair melakukan sebuah misi untuk menyelamatkan para tentara penerjun asal Inggris dan memberikan persembunyian di dalam kompleks masjid.
Selain itu, tentara FTP ini juga memberikan perlindungan pada keluarga-keluarga keturunan Yahudi dan memberikan tempat tinggal sementara di dalam kompleks masjid.
Bahkan, masjid agung ini tak sedikit memberikan akta lahir Muslim palsu untuk para anak-anak Yahudi agar terselamatkan dari pengaruh Nazi dan bisa menyeberang ke negara-negara Arab yang lebih aman. Tidak kurang 1.600 orang Yahudi yang berhasil berlindung di kompleks masjid ini pada saat itu.
Pada 2005, keturunan dari keluarga Yahudi yang terselamatkan tersebut memberikan medali penghargaan kepada keluarga pemimpin masjid agung pada era Nazi tersebut, yaitu si Kaddour Benghabrit, atas jasanya melindungi warga Yahudi.