REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan beragama Islam di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara seluruh Indonesia melaksanakan kegiatan doa bersama dan Deklarasi Hapus Buta Huruf Alquran serentak pada Senin (10/9). Acara ini bertepatan dalam menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah yang jatuh pada Selasa (11/9) esok.
“Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai resolusi awal memulai catatan pahala diawal Tahun Baru Islam ini. Dengan niat tulus dan ikhlas, kami semua berharap menjadi insan Illahi yang lebih baik dan bertaqwa,” ujar Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami dalam keterangan pers, Senin (10/9).
Deklarasi Hapus Buta Huruf Alquran merupakan wujud kesadaran akan pentingnya membaca Alquran. Edukasi melek huruf Alquran juga sebagai pelaksanaan program pembinaan kepribadian dalam bentuk pendidikan spritual sekaligus pendidikan intelektual yang diwajibkan bagi WBP beragama Islam.
“Alquran akan menuntun pada pemahaman isi Alquran yang kita yakini sebagai panduan kebaikan untuk menuju surga Illahi. Alquran adalah pedomaan yang akan menuntun WBP dalam menyadari kesalahan, serta menjadi manusia yang berakhlak baik, sebagaimana tujuan dari Sistem Pemasyarakatan,” ujar Utami.
Dalam deklarasi yang dilakukan seluruh WBP beragama Islam tersebut, mereka bertekad belajar membaca, menulis, dan memahami Alquran. Serta menjalankan seluruh kewajiban ibadah agama Islam dengan baik dan benar serta mengikuti seluruh program pembinaan dengan baik sesuai aturan yang berlaku.
Selain deklarasi tersebut, ada pula doa bersama, penyerahan Alquran kepada WBP serta tausiyah tentang iqra dan fadilat membaca Alquran. Dirjen Pemasyarakatan berkomitmen mendukung program Nawacita dalam hal meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melakukan revolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui berbagai program pembinaan bagi WBP.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi, Harun Sulianto menegaskan, kegiatan hari ini diharapkan dapat menjadi bekal keimanan hingga saatnya warga binaan kembali masyarakat. "Bukan hanya tentang pendidikan keagamaan, tetapi juga mengasah tingkat intelektual mereka dengan mampu membaca Alquran dengan baik dan benar," kata Harun.