Selasa 04 Sep 2018 18:00 WIB

Dakwah dan Syiar Islam di Guyana Menggeliat

Islam bukanlah agama baru di Guyana.

Muslim Guyana
Foto: .caribbeanmuslims.com
Muslim Guyana

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Guyana, adalah rumah bagi sekitar 92 ribu umat Islam. Menurut data Pew Research Center, pada Oktober 2009, populasi kaum Muslim di negera yang berbatasan dengan Suriname di sebelah timur, Brasil di selatan, Venezuela di barat, dan Samudra Atlantik di utara itu mencapai 12 persen.

Dakwah dan syiar Islam di Guyana kian menggeliat. Baru-baru ini, komunitas Muslim Guyana melalui Komite Nasional Penghargaan Islam memberikan penghargaan kepada dua organisasi Muslim Kanada atas kontribusi mereka terhadap pengembangan syiar Islam di negara itu.

Penghargaan itu diberikan kepada Sunnatul Masjid Ontario, Kanada dan Human Concern International (HCI), semacam organisasi kemanusiaan berbendera Kanada. HCI telah membantu meringankan penderitaan Muslim Guyana. Sejak 1980, organisasi itu telah menyuntikkan dana sebesar 90 juta dolar untuk memfasilitasi proyek pembangunan berkelanjutan di Guyana.

Umat Islam merasakan efek dari bantuan tersebut. Yang terpenting lagi, bantuan itu memperkuat keberadaan organisasi Islam dalam menjalankan syiar dakwah di negara ini, papar salah seorang anggota komite seperti dikutip laman guyanachronicle.com. HCI telah memberikan bantuan dalam berbagai bidang, seperti keuangan, kesehatan, pertanian, pendidikan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Lewat proyek pembangunan tersebut, komunitas Muslim Guyana menjadi lebih mandiri.

Sunnatul Masjid Ontario Kanada secara konsisten pun memberikan kontribusi bagi kesejahteraan Muslim. Masjid yang berlokasi di Danforth Avebuem Kanada ini secara rutin memberikan bantuan dana untuk membiayai proyek dan kegiatan organisasi Muslim Guyana.

Islam bukanlah agama baru di Guyana. Ajaran Islam bersemi sejak kedatangan para imigran Muslim asal Asia Selatan pada 1838. Namun, ada yang menyebutkan Islam masuk ke Guyana dibawa oleh budak asal Afrika Barat. Mereka dipekerjakan sebagai buruh perkebunan gula di Guyana. Sejarah mencatat, mayoritas Muslim yang bermigrasi ke Guyana dan Suriname datang dari kota-kota besar di India, seperti Uttar Pradesh, Lucknow, Agra, Fyzabad, Ghazipur, Rampur, Basti, dan Sultanpur.

Sebagian kecil juga datang dari Pakistan, yakni Karachi, Sind, Lahore, Multan, dan Rawalpindi di Punjab, Hyderabad di Deccan, Srinagar di Kashmir, Srinagar di Kashmir, serta Peshawar dan Mardan di Perbatasan Barat Laut (daerah Afghanistan).

Raymond Chickrie dalam tulisannya yang bertajuk Muslim in Guyana mengungkapkan, Islam datang melalui pantai Guyana, Suriname, dan Trinidad karena adanya institusi perbudakan dan negara koloni. Pada abad ke-17, negara ini diisi oleh gelombang imigran yang membawa kolonialisme dan mengenalkan sistem pekerja dan perjanjian dua pihak.

Guyana menjadi koloni Inggris hingga 1966, ketika mereka memperoleh kemerdekaannya yang menandai perpindahan kekuatan politik ke populasi Afro-Kristen. Namun, sebagian dari mereka berasal dari Asia Selatan, yang populasinya mencapai 51 persen dari total penduduk.

Orang-orang dari Asia Selatan, yang kebanyakan beragama Islam dan Hindu, selalu memiliki hubungan baik satu sama lain. Kedua kelompok ini memiliki pemahaman untuk menghormati hak orang lain. Faktanya, orang Hindu dan Muslim ini berbagi sejarah sebagai buruh kontrak dan keduanya telah direkrut untuk bekerja di perkebunan tebu.

Berdasarkan data dari Organisasi Pusat Islam Guyana (CIOG), terdapat sekitar 125 masjid di negara yang memiliki luas 215.000 km persegi itu. Sebanyak 12 persen dari total penduduk Guyana adalah Muslim. Kini, Guyana memiliki beberapa kelompok Islam aktif, termasuk Organisasi Pusat Islam Guyana, Hujjatul Ulama, dan Organisasi Pemuda Muslim (MYO).

Pada 1998, Guyana resmi menjadi anggota ke-56 Organisasi Konferensi Islam (OKI). Islam secara resmi diperkenalkan kembali oleh orang-orang Muslim Asia Selatan yang tiba di pantai Guyana pada 1838. Tidak dapat dimungkiri, waktu sebelum ini Islam telah masuk ke Guyana bersama dengan budak-budak Afrika yang dibawa ke sana. Mereka dibawa dari Afrika Barat untuk bekerja di perkebunan tebu.

Disebutkan pula, pahlawan Guyana, Cuffy, mengirimkan surat perjanjian kepada Belanda yang ditulis dengan huruf Arab. Surat ini ditulis dalam pemberontakan yang dipimpinnya pada 1763. Hal ini menunjukkan kelompok Cuffy atau bahkan ia sendiri adalah seorang Muslim.

Bagaimanapun juga, kekejaman perbudakan yang terjadi di Guyana menyebabkan umat Muslim yang bekerja kesulitan melaksanakan ibadah. Hal tersebut mengakibatkan Islam hilang hingga diperkenalkan kembali melalui kedatangan orang-orang Asia Selatan dari anak benua India.

Menurut Mircea Elida, yang dikutip dari Encyclopedia of Religion, dari 1835 hingga 1917, lebih dari 240 ribu orang India Timur datang ke Guyana. Kebanyakan dari mereka buta huruf dan berbahasa Urdu. Sebanyak 84 persen beragama Hindu dan sisanya Muslim Sunni.

Sejarah tibanya Muslim Guyana dapat langsung dihubungkan dengan anak benua India. Namun sayangnya, sejarah ini telah dipulakan oleh para sarjana Karibia dan India Timur. Satu aspek yang paling banyak diperdebatkan adalah mengenai koneksi Indo-Iran. Ketika istilah ini digunakan dalam artikel mengacu pada aspek linguistik dan kultural yang diwarisi dari Asia Barat dan Selatan.

Iran dan Asia Tengah memainkan kunci utama dalam sejarah dan peradaban Muslim Asia Tengah. Penyebaran Islam di India dikaitkan dengan orang Turki yang mengadopsi Persia sebagai bahasa resmi Mughal di India. Apabila Islam tidak datang ke anak benua ini, boleh jadi Islam pun tidak akan sampai ke Guyana dan sekitarnya.

Kini, di Guyana terdapat banyak kontroversi mengenai aspek-aspek budaya yang Muslim bawa dari anak benua antara awal dan ketika mereka bermigrasi. Di negara itu terdapat dua kelompok, yaitu generasi muda yang lebih senang meninggalkan warisan Indo-Iran dan generasi tua yang ingin mempertahankan tradisi ini.

Generasi muda Muslim Guyana lebih memilih berbahasa Arab alih-alih bahasa Urdu. Mereka memandang tradisi Asia Selatan tidak Islami. Urdu adalah bahasa umum yang berkembang di anak benua India sebagai hasil dari sintesis budaya dan linguistik. Bahasa ini dibawa ke Guyana oleh Muslim Asia Selatan.

Setelah invasi Mughal ke India, bahasa baru muncul akibat percampuran dari bahasa Arab, Turki, Persia, dan Sansekerta di perkampungan baru.

Bahasa ini disebut dengan Urdu. Kata urdu atau ordu berasal dari bahasa Turki yang berarti kamp dan diasosiasikan dengan kamp tentara. Berakhirnya pemerintahan Mughal di India membuat bahasa Urdu menjadi bahasa nasional. Bahasa ini dipakai di tiga pusat India: Deccan, Delhi, dan Lucknow. Urdu diadopsi sebagai bahasa sastra oleh para sastrawan dan menggeser posisi bahasa Persia sebagai bahasa hukum dan pemerintahan India Muslim. Urdu populer di antara bangsa Indo-Guyana yang menonton film dan mendengarkan musik dari industri film Bombay.

Hanya ada satu organisasi Islam di Guyana, yaitu Uni Islam Sad'r Anjuman, yang juga sebuah organisasi Islam tertua di Guyana. Organisasi ini menawarkan bahasa Urdu dalam program instruksional pengajaran qasidah. Mereka biasanya mengadakan lomba qasidah nasional setiap tahun. Hal ini merupakan upaya Anjuman untuk mempertahankan keunikan Muslim Guyana, karena qasidah adalah warisan budaya Indo-Iran yang masih bertahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement