Senin 03 Dec 2018 23:10 WIB

Muslim Guyana: Islam Solusi Permasalahan

Islam juga menjadi acuan dalam membina kerukunan dan toleransi

Generasi muda Muslim di Guyana.
Foto: islamicpopulation.com
Generasi muda Muslim di Guyana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Muslim Guyana, Islam menjadi solusi atas setiap permasalahan. Islam juga menjadi acuan dalam membina kerukunan dan toleransi antarumat beragama.  

Hubungan Muslim dan non-Muslim di negeri ini sangat baik. Mereka saling menghormati. Bukan hal aneh, orang non-Muslim menghadiri acara keislaman. 

Raymond Chickrie dalam tulisannya berjudul ''Muslim in Guyana, The South Asian Connection'' menyatakan, Islam memang sedang tumbuh pesat di Guyana maupun negara-negara lain di kawasan tersebut. Eksistensi  Islam di Guyana juga membuat bangga ketua Islamic Circle of North America Profesor Zahid Bukhari. ''Ini indikator bahwa Islam semakin berkembang di dunia,'' ujarnya.

Republik Guyana saat ini menjadi rumah nyaman bagi sekitar 75 ribu Muslim. Islam telah lama ada di negeri ini, tepatnya sejak abad ke-17. Pembawa ajaran Islam ke sana adalah para buruh yang didatangkan dari Asia Selatan, seperti India, Pakistan, dan Afghanistan. Nah, komunitas Muslim di Guyana saat ini merupakan keturunan dari para budak tersebut.

Saat ini, terdapat beberapa organisasi Islam di Guyana. Kelompok yang aktif menyuarakan Islam tersebut, di antaranya, Organisasi Pusat Islam Guyana (CIOG), Organisasi Pemuda Muslim (MYO), Serikat Sad'r Islamic Anjuman Guyana (GUSIA),  Jama'ah Tabligh, kelopok Salafi, dan Perserikatan Islam Guyana (GIT). Dari beragam kelompok tersebut, GIT merupakan organisasi terbesar dan memiliki pengaruh yang besar pula di Guyana.

Pemerintah setempat juga memperbolehkan kaum Muslim untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Bahkan, pemerintah menetapkan dua hari raya itu sebagai hari libur nasional. Untuk beribadah pun, kaum Muslimin tak perlu khawatir. Sebab, masjid bertebaran di banyak tempat.

Masjid tertua di Guyana adalah Masjid Jama Queenstown. Masjid ini didirikan oleh imigran dari Afghanistan saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini. Bersama imigran asal India, mereka kemudian mendirikan permukiman di kawasan sekitar masjid.

Mereka tinggal di sana dan membayar iuran untuk masjid. Dari masjid itu pula, para Muslim mendapat pendidikan. Bahkan, Guyana memiliki dua penghafal Alquran yang berasal dari keluarga "Khan". Keduanya tinggal di Clonbrook, di pantai timur Damerara.

Para pemuda Muslim di Guyana saat inipun giat belajar bahasa Arab, selain menggunakan bahasa nenek moyang mereka, bahasa Urdu. Bahasa Urdu merupakan campuran dari bahasa Arab, Turki, Persia, dan Sansekerta. Bahasa tersebut menjadi bahasa nasional India saat Dinasti Mughal yang beragama Islam menguasai India. Saat inipun bahasa Urdu masih populer di Asia Selatan sebagai bahasa umat Islam di kawasan tersebut.

Seperti halnya di Indonesia, kesenian kasidah pun ada di Guyana. Kasidah atau lagu-lagu pujian kepada Allah dan Nabi tersebut selalu disenandungkan pada perayaan hari-hari besar Islam.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement